Bogor (ANTARA News) - National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma mengatakan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo menawarkan program konkrit menjadikan Indonesia menjadi pusat busana muslim dunia.

"Sudah kita ketahui Milan dengan ready to wear, Amerika dengan sportwear, Tokyo dengan kontemporer, London dengan streetwear, dan Indonesia dengan muslimwear-nya. Itu salah satu tempat yang masih kosong yang perlu kita isi," kata Ali Charisma bersama Komunitas Muslim Fashion usai diterima Presiden di Istana Bogor, Kamis.

Dengan program ini, maka nantinya itu, bukan mengirim pelaku usaha Indonesia ke luar negeri, tapi membawa pelaku usaha internasional ke dalam negeri dalam urusan busana muslim.

"Itu jauh lebih efisien dan lebih bermanfaat bagi pelaku bisnis mode. Itu jauh lebih efisien secara biaya dan secara branding promosi Indonesia sebagai pusat mode muslim Indonesia," katanya.

Menurut Ali Charisma, Indonesia cocok dengan pangsa pasar seluruh dunia busana muslim karena Indonesia sangat beragam.

"Cara berpakaian busana muslim kita sangat beragam, cocok dengan Timur Tengah, cocok dengan muslim Amerika, cocok dengan muslim Eropa, Turki, Asia juga. Jadi ada semua di Indonesia. Jadi Itulah salah satu kekuatan busana muslim Indoensia bisa meng-host atau menjadi tuan rumah di Indonesia," katanya.

Namun, Ali Charisma mengingatkan bahwa masih ada pekerjaan rumah untuk menaikan standar dan inovasi produk jadi yang standar internasional.

"Bicara kekayaan kearifan lokal kita yang sudah siap, contohnya batik itu sudah sangat siap menuju dunia. Tapi inovasinya ini untuk menjadi produk jadinya yang standar internasional. Itulah PR-nya," jelasnya.

Dia mengatakan para perancang mode dan pelaku busana muslim nasional harus menjalankan hal tersebut dengan bekerjasama dengan pemerintah.
"Insya Allah kita bisa mewujudkan suatu produk yang sekarang ini belum ada di dunia," harapnya.

Sekretaris Jenderal Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS) Euis Saedah mengatakan untuk mendukung ini perlu adanya peningkatan sumber daya manusia.

"Oleh karena itu, tiga tahun lalu di Bandung ada Islamic Fashion Institut dan sudah 100 lebih lulusannya dan terus bertambah tiap tahun," ungkapnya.

Euis juga menambahkan pihaknya juga terus kerjasama dengan Adelaide University, Australia, untuk meningkatkan kemampuan di bidang teknologi, terutama "designing".

"Contohnya, kita mendesain tidak lagi dengan gambar tangan, tapi bisa juga dengan teknologi informasi. Nah ini sangat penitng. Apalagi kita akan memposisikan diri sebagai pusat busana muslim, generasi mudanya bertambah terus dan kepandaiannya di bidang ini harus tambah kuat," kata Euis.

Presiden Joko Widodo telah menerima 28 perwakilan Komunitas Muslim Fashion di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Presiden yang didampingi Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menerima para perancang busana dan pelaku usaha busana muslim di ruang Garuda Istana Bogor pada pukul 09.10 WIB.