Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri Indonesia menilai kalangan industri membutuhkan kestabilan nilai tukar rupiah di tengah tren pelemahan rupiah yang terus berlanjut.

"Industri itu yang penting ada kestabilan. Kalau tiba-tiba dari Rp13.500 ke Rp14.000 ya pening kepala," kata Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan P Roeslani, di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, pengusaha tidak mempermasalahkan besaran pelemahan rupiah asalkan ada kestabilan yang berlangsung dalam periode waktu tertentu.

Pasalnya, pengusaha akan kesulitan melakukan perencanaan bisnis karena kondisi nilai tukar mata uang yang terus berubah.

Ia pun pesimis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang beberapa hari ini mencapai Rp13.800 sulit kembali ke posisi Rp13.500.

"Tapi ya sudahlah stabil saja di Rp13.700-Rp13.750. Kalau sampai ke Rp14.000 dampaknya juga pasti ada," katanya.

Dia mengaku pelemahan nilai rupiah di sisi lain juga berbuah manis bagi pengusaha tambang dan industri berorientasi ekspor.

Sayangnya, masih banyak industri di Indonesia yang bergantung pada bahan baku impor seperti makanan dan minuman serta farmasi. Kondisi lemahnya nilai tukar rupiah dipastikan membuat industri tersebut tercekik.

"Kalau di batubara, mereka berharap bisa lebih dari Rp14.000 karena mereka menjual dengan dolar sedangkan biaya produksinya dengan rupiah. Tapi khan banyak industri lain yang menggunakan material impor," katanya.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (23/4) sore bergerak melemah 80 poin menjadi Rp13.943 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.863 per dolar Amerika Serikat.