Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan antara lain membahas masalah diskriminasi produk turunan kelapa sawit Indonesia dalam kunjungan kerjanya di Uni Eropa.

Dalam pertemuan dengan Komisioner Perdagangan Uni Eropa Cecilia Malmstrom di Brussels, Belgia, Senin (23/4), dia membahas sejumlah isu termasuk masalah kelapa sawit, lingkungan serta perdagangan menurut siaran pers Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.

Sebagai Ketua Tim Negosiasi RI untuk perundingan pembatasan penggunaan produk turunan kelapa sawit di Uni Eropa, Luhut mengatakan bahwa Indonesia ingin membangun dialog kemitraan dalam menghadapi masalah kelapa sawit.

"Kami tidak datang untuk mengemis, untuk didikte, tetapi untuk berdialog dengan mitra. Kami dalam posisi yang setara, kami ingin membangun partnership. Kami bukan negara miskin. Kami negara kaya dengan banyak pengalaman," ujarnya.

"Hampir semua sawit yang dikirim dari Indonesia telah mendapat sertifikasi Internasional. Dari segi kesehatan kami sudah melakukan penelitian dan juga meminta konsultan independen tentang dampak sawit pada kesehatan, tidak ada yang salah dengan sawit," katanya, menekankan kejanggalan diskriminasi yang diterapkan parlemen Uni Eropa pada produk sawit.

Kepada Komisioner Malmstrom, Luhut juga menyampaikan bahwa perkebunan kelapa sawit membantu meningkatkan kesejahteraan para petani di negara-negara berkembang lainnya, bukan hanya di Indonesia.

"Saya datang demi kepastian nasib petani sawit, keluarganya dan orang-orang yang bergantung pada bisnis ini, yang jumlahnya melebihi 16 juta orang," katanya.

Luhut menambahkan bahwa Indonesia tidak berencana menerapkan tindakan balasan terhadap diskriminasi produk sawitnya. Ia yakin Uni Eropa akan memberikan pertimbangan lebih lanjut mengenai kebijakan sawitnya.

Dia pun mengundang anggota Parlemen Uni Eropa untuk berkunjung ke Indonesia.

"Saya pikir mungkin ada di antara anggota Parlemen yang berpikir bahwa situasi Indonesia masih jauh tertinggal, masih memiliki isu HAM, Indonesia sudah sangat terbuka. Kami memang pernah memiliki masalah dengan HAM, tetapi sekarang sudah berubah. Situasi HAM kami tidak jauh dengan yang Anda miliki di UE. Malah untuk kebebasan berbicara, di negara kami lebih bebas," katanya.

Di samping itu, Luhut menyampaikan komitmen Indonesia untuk mempercepat proses perundingan kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia-Uni Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/I-EU CEPA).

Baca juga:
Wapres ingatkan Eropa agar tak diskriminasi produk sawit Indonesia
Indonesia-Ghana sepakat lawan kampanye negatif sawit