Lomba desain alas kaki dongkrak pertumbuhan IKM
22 April 2018 22:36 WIB
Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Gati Wibawaningsih meninjau stand sepatu Ekuator seusai pembukaan Indonesia Fashion Week (IFW) 2017 di Jakarta, 1 Februari 2017. Sepatu Ekuator merupakan produk alas kaki premium dalam negeri yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian, dengan harapan dapat menembus pasar ekspor. (Kemenperin)
Jakarta (ANTARA News) - Unit di bawah Ditjen Industri Keci Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, yakni Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), tengah melaksanakan lomba desain alas kaki yang bertajuk International Footwear Creative Competition (IFCC).
“Sejak 2017, lewat IFCC, kami ingin memperkuat branding BPIPI sebagai salah satu benchmark untuk pelaksanaan event kreatif di Indonesia dengan meluncurkan paket 3in1 creative footwear competition, yaitu Design, Photography, dan Videography,” kata Gati melalui keterangannya di Jakarta, Minggu.
Hal tersebut juga sebagai upaya dalam penumbuhan dan peningkatan daya saing IKM alas kaki nasional.
Target dari kegiatan tersebut adalah, partisipasi dari generasi milenial. Pasalnya, mereka akan menjadi peluang dan potensi bisnis jangka panjang. Hal ini seiring jumlah populasi Indonesia pada tahun 2025 yang akan didominasi oleh usia 20-39 tahun sebanyak 30 persen.
Desain, fotografi dan videografi dinilai bisa memberikan inspirasi baru bagi generasi muda untuk lebih mendalami bisnis IKM alas kaki.
Gati pun berharap, IFCC mampu menumbuhkan pelaku IKM dan penguatan branding alas kaki nasional.
“Tentu segmen ini mempunyai karakteristik unik sehingga dibutuhkan pendekatan yang kreatif untuk menciptakan ketertarikan profil segmen pada industri alas kaki ini, antara lain kecenderungan pada anti arus utama, semangat, quick response, peluang menciptakan pasar baru, urban, komunitas berbasis hobi, serta berbasis media online dan customized,” paparnya.
Tema kegiatan IFCC tahun 2018 adalah Challenge your Creativity, yang dibuka untuk umum dengan target 300-400 peserta dari berbagai komunitas, pelajar, dan perguruan tinggi.
Peserta yang ingin mengikuti kegiatan ini dapat mendaftar melalui link bit.ly/makerstalkDKI atau melalui website resmi www.bpipi.kemenperin.go.id/ifcc2018/.
Gati optimistis, di masa datang, konsumsi alas kaki akan semakin meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan tingkat daya beli. Tidak hanya pasar lokal yang berpotensi besar, peluang pasar ekspor untuk produk alas kaki juga sangat menjanjikan.
”Dengan potensi jumlah penduduk yang besar, captive local market sudah jelas menjadi peluang yang harus dikuasai tuan rumah sendiri,” tuturnya.
Kemenperin mencatat, dalam periode lima tahun (2012-2016) terjadi peningkatan signifikan terhadap konsumsi perkapita masyarakat indonesia terhadap alas kaki yang semula hanya 1,8 pasang menjadi 3,3 pasang per tahun.
Artinya rata-rata kebutuhan sepatu orang indonesia lebih dari 3 pasang per tahun.
Bahkan, kinerja industri alas kaki nasional mampu tumbuh positif. Pada tahun 2017, kontribusi PDB industri alas kaki sebesar Rp26,5 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 2,4 persen.
Sementara, nilai ekspor industri alas kaki juga tumbuh sebesar 4,9 miliar dolar AS pada 2017. Selain itu, tahun 2016, Indonesia menempati peringkat ke-4 sebagai produsen alas kaki terbesar di dunia dengan total produksi mencapai 1,110 miliar pasang setelah China, India dan Vietnam.
“Sejak 2017, lewat IFCC, kami ingin memperkuat branding BPIPI sebagai salah satu benchmark untuk pelaksanaan event kreatif di Indonesia dengan meluncurkan paket 3in1 creative footwear competition, yaitu Design, Photography, dan Videography,” kata Gati melalui keterangannya di Jakarta, Minggu.
Hal tersebut juga sebagai upaya dalam penumbuhan dan peningkatan daya saing IKM alas kaki nasional.
Target dari kegiatan tersebut adalah, partisipasi dari generasi milenial. Pasalnya, mereka akan menjadi peluang dan potensi bisnis jangka panjang. Hal ini seiring jumlah populasi Indonesia pada tahun 2025 yang akan didominasi oleh usia 20-39 tahun sebanyak 30 persen.
Desain, fotografi dan videografi dinilai bisa memberikan inspirasi baru bagi generasi muda untuk lebih mendalami bisnis IKM alas kaki.
Gati pun berharap, IFCC mampu menumbuhkan pelaku IKM dan penguatan branding alas kaki nasional.
“Tentu segmen ini mempunyai karakteristik unik sehingga dibutuhkan pendekatan yang kreatif untuk menciptakan ketertarikan profil segmen pada industri alas kaki ini, antara lain kecenderungan pada anti arus utama, semangat, quick response, peluang menciptakan pasar baru, urban, komunitas berbasis hobi, serta berbasis media online dan customized,” paparnya.
Tema kegiatan IFCC tahun 2018 adalah Challenge your Creativity, yang dibuka untuk umum dengan target 300-400 peserta dari berbagai komunitas, pelajar, dan perguruan tinggi.
Peserta yang ingin mengikuti kegiatan ini dapat mendaftar melalui link bit.ly/makerstalkDKI atau melalui website resmi www.bpipi.kemenperin.go.id/ifcc2018/.
Gati optimistis, di masa datang, konsumsi alas kaki akan semakin meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan tingkat daya beli. Tidak hanya pasar lokal yang berpotensi besar, peluang pasar ekspor untuk produk alas kaki juga sangat menjanjikan.
”Dengan potensi jumlah penduduk yang besar, captive local market sudah jelas menjadi peluang yang harus dikuasai tuan rumah sendiri,” tuturnya.
Kemenperin mencatat, dalam periode lima tahun (2012-2016) terjadi peningkatan signifikan terhadap konsumsi perkapita masyarakat indonesia terhadap alas kaki yang semula hanya 1,8 pasang menjadi 3,3 pasang per tahun.
Artinya rata-rata kebutuhan sepatu orang indonesia lebih dari 3 pasang per tahun.
Bahkan, kinerja industri alas kaki nasional mampu tumbuh positif. Pada tahun 2017, kontribusi PDB industri alas kaki sebesar Rp26,5 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 2,4 persen.
Sementara, nilai ekspor industri alas kaki juga tumbuh sebesar 4,9 miliar dolar AS pada 2017. Selain itu, tahun 2016, Indonesia menempati peringkat ke-4 sebagai produsen alas kaki terbesar di dunia dengan total produksi mencapai 1,110 miliar pasang setelah China, India dan Vietnam.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: