Pemkab Bantul: Stok beras di pasar melimpah
22 April 2018 21:54 WIB
Arsip: Pekerja menjahit karung berisi beras di Gudang Bulog Subdivre Serang, di Serang, Banten, Jumat (6/4/2018). .(ANTARA /Asep Fathulrahman)
Bantul (ANTARA News) - Dinas Perdagangan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memastikan stok beras di tingkat pedagang pasar tradisional melimpah sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah ini.
"Kalau beras di Yogyakarta dan Bantul itu langka hanya isu, karena faktanya beras di Bantul melimpah, dan di setiap pasar stok banyak," kata Kepala Bidang Sarana dan Distribusi Perdagangan Dinas Perdagangan Bantul Yus Warseno di Bantul, Minggu.
Menurut dia, stok beras di pasaran melimpah setelah pihaknya melakukan pengawasan di beberapa pasar tradisional dalam pekan ini yang hasilnya rata-rata tiap pedagang punya stok ratusan kilogram per minggu.
Ia mengatakan, misalnya di Pasar Bantul itu ada pedagang beras yang stoknya berkisar antara satu sampai dua ton per minggu, kemudian di Pasar Niten stoknya rata-rata lima kuintal sampai satu ton beras, baik beras kualitas premium maupun medium.
"Pengawasan beras ini dilakukan menindaklanjuti rakor Menteri Perdagangan di Yogyakarta belum lama ini. Dari rakor itu agar setiap OPD (organisasi perangkat daerah) melakukan pemantauan bahan pokok di DIY menjelang Ramadhan 2018," katanya.
Selain stok beras melimpah di pasaran, lanjut dia, persediaan beras di gudang beras di Gilangharjo Pandak Bantul yang merupakan mitra Bulog stoknya melimpah mencapai 100 sampai 150 ton per minggu baik beras premium dan beras medium.
"Untuk harga beras hasil pengawasan rata-rata stabil pada kisaran Rp12 ribu per kilogram untuk kualitas premium dan Rp10 ribu per kilogram untuk beras medium. Sedangkan beras di bawah medium harganya Rp8.900 sampai Rp9.000 per kg," katanya.
Ia mengatakan petugas juga memantau kualitas beras yang dijual di pasar tradisional. Untuk kadar air beras rata-rata sudah sesuai standar kualitas di bawah ambang batas atau kurang dari 14 persen.
"Tujuan kami melakukan pengawasan karena Bupati Bantul ingin meluncurkan beras asli Bantul, dan hasilnya beras Bantul itu kualitasnya lebih bagus dari luar daerah, rata-rata kadar air di bawah 14 persen," katanya.
"Kalau beras di Yogyakarta dan Bantul itu langka hanya isu, karena faktanya beras di Bantul melimpah, dan di setiap pasar stok banyak," kata Kepala Bidang Sarana dan Distribusi Perdagangan Dinas Perdagangan Bantul Yus Warseno di Bantul, Minggu.
Menurut dia, stok beras di pasaran melimpah setelah pihaknya melakukan pengawasan di beberapa pasar tradisional dalam pekan ini yang hasilnya rata-rata tiap pedagang punya stok ratusan kilogram per minggu.
Ia mengatakan, misalnya di Pasar Bantul itu ada pedagang beras yang stoknya berkisar antara satu sampai dua ton per minggu, kemudian di Pasar Niten stoknya rata-rata lima kuintal sampai satu ton beras, baik beras kualitas premium maupun medium.
"Pengawasan beras ini dilakukan menindaklanjuti rakor Menteri Perdagangan di Yogyakarta belum lama ini. Dari rakor itu agar setiap OPD (organisasi perangkat daerah) melakukan pemantauan bahan pokok di DIY menjelang Ramadhan 2018," katanya.
Selain stok beras melimpah di pasaran, lanjut dia, persediaan beras di gudang beras di Gilangharjo Pandak Bantul yang merupakan mitra Bulog stoknya melimpah mencapai 100 sampai 150 ton per minggu baik beras premium dan beras medium.
"Untuk harga beras hasil pengawasan rata-rata stabil pada kisaran Rp12 ribu per kilogram untuk kualitas premium dan Rp10 ribu per kilogram untuk beras medium. Sedangkan beras di bawah medium harganya Rp8.900 sampai Rp9.000 per kg," katanya.
Ia mengatakan petugas juga memantau kualitas beras yang dijual di pasar tradisional. Untuk kadar air beras rata-rata sudah sesuai standar kualitas di bawah ambang batas atau kurang dari 14 persen.
"Tujuan kami melakukan pengawasan karena Bupati Bantul ingin meluncurkan beras asli Bantul, dan hasilnya beras Bantul itu kualitasnya lebih bagus dari luar daerah, rata-rata kadar air di bawah 14 persen," katanya.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: