Jakarta (ANTARA News) - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan saat ini terjadi fenomena menurunnya jumlah pekerja yang berserikat tetapi disisi lain jumlah federasi dan konfederasi meningkat.

Hal tersebut dikatakan saat menghadiri Rakornas Konfederasi Serikat Nusantara di Karawang, Sabtu.

"Ini cukup aneh. Di awal era reformasi ada 9 juta pekerja yang berserikat, tapi sekarang tersisa 2,7 juta pekerja yang berserikat. Yang menarik struktur organisasi buruh di Indonesia tumbuh kuat ke atas. Tapi, basisnya keropos," kata Hanif.

Hanif mengatakan saat ini jumlah konfederasi ada 14 dari sebelumnya tiga dan federasi ada 120 dari sebelumnya 91.

Selain itu jumlah Pimpinan Unit Kerja (PUK) juga menurun dimana tujuh tahun lalu ada sekitar 14 ribu PUK sekarang hanya tersisa 7 ribu PUK.

Padahal perusahaan yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan jumlahnya sekitar 400 ribuan, idealnya harus ada 400 ribuan PUK.

"Dari data ini saya ingin mengatakan SP/SB kita basisnya keropos. SP/SB kita kekuatan politiknya lemah karena keanggotaannya merosot, karena PUK nya merosot. Tapi struktur elitnya bertambah. Jadi bisa disimpulkan pergerakan itu terjadi di lapisan elit," kata Hanif.

Hal ini menyebabkan jumlah federasi dan konfederasi menjadi semakin banyak.

Hanif menilai tolak ukur berhasil atau tidaknya pergerakan buruh ada dua, yakni dilihat dari jumlah perusahaan yang memiliki serikat pekerja dan jumlah buruh yang masuk dalam serikat pekerja.

Jumlah buruh yang masuk ke serikat pekerja, harusnya semakin bertambah. Tapi, faktanya di Indonesia malah berkurang.

"Fenomena ini perlu dipertanyakan. Apakah SP/SB sudah dapat memenuhi harapan anggotanya atau hanya dijadikan alat politik bagi elitnya. Saya ingin ini menjadi evaluasi dan refleksi bagi teman teman di KSN. Apa yang kurang dari gerakan buruh," kata Hanif.

Hanif menegaskan, hal ini menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi SP/SB seluruh Indonesia termasuk bagi KSN.

Peran organisasi pekerja/buruh diharapkan tidak melemah karena berbagai kepentingan yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan anggota.

"Dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang konkrit dari SP/SB untuk mengatasi persoalan menurunnya jumlah pekerja yang berserikat," ujar Hanif.