Mataram (ANTARA News) - Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian nasional masih tetap solid ditopang kondisi domestik dan eksternal yang masih baik.
"Domestik baik, didukung investasi dalam bentuk bangunan dan non bangunan yang cukup baik," ujar Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Firman Mochtar dalam edukasi pewarta di Mataram, Sabtu.
Ia mengemukakan bawa investasi bangunan tumbuh ditopang oleh proyek infrastruktur nasional. Sementara dari sisi non bangunan juga mengalami pertumbuhan yang salah satunya dapat dilihat dari konsumsi.
"Investasi konsumsi berdampak pada meningkatnya impor bahan baku dan barang modal. Dalam jangka panjang, barang impor bisa memberikan dampak positif dalam kapasitas produksi. Volume ekspor juga masih tren positif," paparnya.
Meningkatnya kapasitas produksi, lanjut dia, dapat meningkatkan lapangan kerja sehingga turut menopang perekonomian nasional. Tercatat, survey kegiatan dunia usaha memperlihatkan angka positif, menunjukan optimisme perekonomian nasional yang solid.
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan kegiatan usaha pada triwulan I-2018 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 8,23 persen pada triwulan I-2018, meningkat dari 7,40 persen pada triwulan IV-2017.
"Ini bisa mendukung keseimbangan pertumbuhan tanpa memberikan tekanan terhadap inflasi dan rupiah," paparnya.
Dari sisi aliran dana modal, lanjut dia, pada April ini mulai menunjukan perbaikan sehingga nilai tukar rupiah stabil di level Rp13.000-an per dolar AS.
"Aliran modal memang sempat ada penyesuaian seiring dengan ketidakpastian kondisi global. Namun pada April mulai membaik," katanya.
Menurut dia, kemungkinan bertambahnya aliran dana modal masuk ke dalam negeri masih ada seiring dengan kondisi ekonomi nasional yang terus mengalami perbaikan.
"Ada perbaikan struktural di dalam negeri dan ini diakui. Kita lihat inflasi terjaga. nilai tukar stabil, cadangan devisa tumbuh di atas 100 miliar dolar AS, ditambah kebijakan fiskal yang sustainable," katanya.
Ia meyakini kebijakan-kebijakan struktural yang akan lebih baik ke depannya dapat menarik dana asing ke dalam negeri, tidak hanya dana asing dalam bentuk pasar uang, namun juga dalam bentuk investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI).
Dalam rangka menjaga momen pertumbuhan ekonomi Indonesia, Firman Mochtar mengatakan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate di level 4,25 persen pada April 2018.
Dalam kesempatan sama, Head of Economic and Market Research Bank UOB, Enrico Tanuwidjaja mengatakan kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan Bank Indonesia sesuai dengan harapan pelaku pasar.
"Kami inline dengan kebijakan BI, karena inflasi masih dalam batas official target, hubungan antara rupiah dan suku bunga BI cukup konsisten," katanya.
Menurut dia, level BI 7-Day Reverse Repo Rate saat ini cukup mendukung perekonomian nasional untuk enam hingga delapan bulan ke depan. Namun, ia mengingatkan bahwa terdapat ancaman inflasi ke depannya sehingga BI 7-Day Reverse Repo Rate berpotensi naik pada akhir tahun ini.
"Masih ada ancaman inflasi dari dalam dan luar negeri. Dari luar terkait kenaikan harga komoditas. Sementara dari dalam negeri didorong permintaan domestik yang kelihatannya mulai naik menjelang dan setelah Lebaran, juga ada Asian Games. Itu bisa memincu inflasi," katanya.
Bank Indonesia nilai ekonomi nasional tetap solid
21 April 2018 14:39 WIB
ILUSTRASI - BI (Bank Indonesia). (ANTARANews/Ferliansyah)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: