Populasi Harimau Sumatera diperkirakan tersisa 400 ekor
21 April 2018 14:32 WIB
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Wiratno (kedua kanan) menjelaskan kronologis pencarian hingga proses evakuasi Harimau Sumatera yang bernama Bonita di Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, di Pekanbaru, Riau, Sabtu (21/4). Setelah melakukan pencarian selama 108 hari akhirnya tim terpadu penyelamat Harimau Sumatera berhasil menangkap Bonita yang telah menewaskan dua orang dan harimau tersebut dibawa ke Pusat Rehabilitasi Satwa Harimau Sumatera di Dharmasraya, Sumatera Barat. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)
Pekanbaru (ANTARA News) - Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ir Wiratno mengatakan populasi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) saat ini diperkirakan berkisar 400 ekor.
"Populasi harimau di Sumatera hanya sekitar 400 ekor," kata Wiratno dalam jumpa pers keberhasilan penangkapan harimau Bonita di Pekanbaru, Riau, Sabtu.
Dia mengatakan sebaran satwa dilindungi tersebut menyebar dari Taman Nasional Ulu Masen dan membentang hingga ke Swaka Margastwa Kerumutan, Rimbang Baling, Bukit Tiga Puluh terus ke Lampung.
Dia mengakui jika harimau sumatera yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini terus terancam keberadaannya akibat perubahan fungsi hutan di Sumatera.
Untuk itu, dia mengatakan perlu upaya menjaga "rumah" harimau, termasuk diantaranya melestarikan siklus makanan pada habitatnya.
"Harimau itu top predator, harus ada siklus makannya. Indikasi pakan menentukan populasi harimau. Kita sekarang ada perubahan (fungsi hutan) besar-besaran di Sumatera," ujarnya.
Di Riau 190 ekor
Lebih jauh, Kepala Bidang Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Mulyo Hutomo mengatakan populasi harimau sumatera yang berada di Provinsi Riau diperkirakan sebanyak 190 ekor atau sepertiga dari total populasi di Pulau Sumatera.
"Populasi harimau sumatera di Riau diperkirakan sekitar 190 ekor," ujarnya.
Dia mengatakan, populasi satwa predator itu tersebar di sejumlah kantong-kantong harimau di Riau, termasuk salah satunya di SM Kerumutan, atau habitat Bonita, harimau sumatera betina yang menjadi perhatian publik dalam empat bulan terakhir.
Baca juga: YAD teliti penyimpangan perilaku Harimau Bonita
Baca juga: Harimau Bonita dievakuasi ke Dharmasaraya
Baca juga: Tim berhasil tembak bius harimau Sumatera Bonita
"Populasi harimau di Sumatera hanya sekitar 400 ekor," kata Wiratno dalam jumpa pers keberhasilan penangkapan harimau Bonita di Pekanbaru, Riau, Sabtu.
Dia mengatakan sebaran satwa dilindungi tersebut menyebar dari Taman Nasional Ulu Masen dan membentang hingga ke Swaka Margastwa Kerumutan, Rimbang Baling, Bukit Tiga Puluh terus ke Lampung.
Dia mengakui jika harimau sumatera yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini terus terancam keberadaannya akibat perubahan fungsi hutan di Sumatera.
Untuk itu, dia mengatakan perlu upaya menjaga "rumah" harimau, termasuk diantaranya melestarikan siklus makanan pada habitatnya.
"Harimau itu top predator, harus ada siklus makannya. Indikasi pakan menentukan populasi harimau. Kita sekarang ada perubahan (fungsi hutan) besar-besaran di Sumatera," ujarnya.
Di Riau 190 ekor
Lebih jauh, Kepala Bidang Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Mulyo Hutomo mengatakan populasi harimau sumatera yang berada di Provinsi Riau diperkirakan sebanyak 190 ekor atau sepertiga dari total populasi di Pulau Sumatera.
"Populasi harimau sumatera di Riau diperkirakan sekitar 190 ekor," ujarnya.
Dia mengatakan, populasi satwa predator itu tersebar di sejumlah kantong-kantong harimau di Riau, termasuk salah satunya di SM Kerumutan, atau habitat Bonita, harimau sumatera betina yang menjadi perhatian publik dalam empat bulan terakhir.
Baca juga: YAD teliti penyimpangan perilaku Harimau Bonita
Baca juga: Harimau Bonita dievakuasi ke Dharmasaraya
Baca juga: Tim berhasil tembak bius harimau Sumatera Bonita
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018
Tags: