BPBD : longsor Riau-Sumbar akibat penambangan batu
19 April 2018 13:32 WIB
Ilustrasi - Alat berat eskavator membersihkan badan jalan yang tertutup longsor di jalan Trans Sulawesi, Desa Botteng, Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (23/3/2018). (ANTARA /Akbar Tado)
Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar menyatakan bahwa longsor berupa material batu yang terjadi di jalan lintas Riau-Sumatera Barat diduga akibat aktivitas penambangan sehingga menyebabkan kerusakan.
"Kami menduga longsor karena bebatuan rapuh dampak dari akvitias penambangan," kata Kepala Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar, Adi Chandra kepada Antara di Pekanbaru, Kamis.
Ia menjelaskan, penambangan batu yang dilakukan pada tebing-tebing yang curam di lokasi longsor, Desa Merangin, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Riau atau dua kilometer sebelum perbatasan Sumatera Barat tersebut membuat tebing menjadi berlobang-lobang.
Dampaknya, ketika hujan lebat tebing-tebing berbatuan dengan tinggi belasan meter itu terjadi erosi dan setiap saat dapat menyebabkan longsor.
"Itu dugaan kami. Karena kami melihat banyak tangga-tangga (di sekitar tebing)," ujarnya.
Hal senada disampaikan seorang warga Kampar, Sahrul yang mengatakan bahwa aktivitas penambangan tersebut marak dilakukan. Kondisi tersebut sangat membahayakan pengendara seperti dirinya yang kerap bolak-balik Riau-Sumatera Barat untuk keperluan dagang.
"Jelas hal ini sangat mengkhawatirkan jika penambangan tidak segera dihentikan," ujarnya.
Jalan lintas Provinsi Riau-Sumatera Barat yang berlokasi di Desa Merangin, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Riau lumpuh akibat sebagian besar badan jalan tertutup material longsor.
Bencana longsor di Kilometer 77/78 atau sekitar dua kilometer sebelum menuju Rantai Berangin, Sumatera Barat tersebut terjadi pada Kamis dinihari tadi sekitar pukul 05.00 WIB. Longsor terjadi saat hujan dengan intensitas tinggi melanda kawasan tersebut.
Hingga siang hari ini, upaya pembersihan dengan menggunakan alat berat masih terus dilakukan dan kondisi lalu lintas berangsur normal. Meski begitu Polisi juga menyiapkan jalur alternatif untuk mengurai penumpukan kendaraan.
Baca juga: Lalu lintas Riau-Sumbar berangsur normal setelah longsor
"Kami menduga longsor karena bebatuan rapuh dampak dari akvitias penambangan," kata Kepala Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar, Adi Chandra kepada Antara di Pekanbaru, Kamis.
Ia menjelaskan, penambangan batu yang dilakukan pada tebing-tebing yang curam di lokasi longsor, Desa Merangin, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Riau atau dua kilometer sebelum perbatasan Sumatera Barat tersebut membuat tebing menjadi berlobang-lobang.
Dampaknya, ketika hujan lebat tebing-tebing berbatuan dengan tinggi belasan meter itu terjadi erosi dan setiap saat dapat menyebabkan longsor.
"Itu dugaan kami. Karena kami melihat banyak tangga-tangga (di sekitar tebing)," ujarnya.
Hal senada disampaikan seorang warga Kampar, Sahrul yang mengatakan bahwa aktivitas penambangan tersebut marak dilakukan. Kondisi tersebut sangat membahayakan pengendara seperti dirinya yang kerap bolak-balik Riau-Sumatera Barat untuk keperluan dagang.
"Jelas hal ini sangat mengkhawatirkan jika penambangan tidak segera dihentikan," ujarnya.
Jalan lintas Provinsi Riau-Sumatera Barat yang berlokasi di Desa Merangin, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Riau lumpuh akibat sebagian besar badan jalan tertutup material longsor.
Bencana longsor di Kilometer 77/78 atau sekitar dua kilometer sebelum menuju Rantai Berangin, Sumatera Barat tersebut terjadi pada Kamis dinihari tadi sekitar pukul 05.00 WIB. Longsor terjadi saat hujan dengan intensitas tinggi melanda kawasan tersebut.
Hingga siang hari ini, upaya pembersihan dengan menggunakan alat berat masih terus dilakukan dan kondisi lalu lintas berangsur normal. Meski begitu Polisi juga menyiapkan jalur alternatif untuk mengurai penumpukan kendaraan.
Baca juga: Lalu lintas Riau-Sumbar berangsur normal setelah longsor
Pewarta: Bayu Agustari Adha/Anggi Romadhoni
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: