Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah tipis sebesar delapan poin menjadi Rp13.765 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.757 per dolar AS.

"Dolar AS cenderung terapresiasi terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah menyusul data ekonomi Amerika Serikat yang tumbuh," ujar analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji di Jakarta, Rabu.

Muhammad Nafan Aji mengemukakan bahwa jumlah rumah perdana (housing start) di Amerika Serikat meningkat 1,9 persen menjadi 1.319.000 unit pada Maret, di atas periode Februari 1.295.000 unit.

"Membaiknya data ekonomi AS memberi sinyal positif terhadap ekonomi AS ke depannya," katanya.

Ia mengharapkan sentimen dari dalam negeri mengenai keputusan lembaga pemeringkat Moody`s Investor Service (Moody`s) yang menaikkan peringkat utang Indonesia dapat menahan tekanan rupiah lebih dalam.

"Sentimen Moody`s dapat membuat minat investor asing untuk berinvestasi di dalam negeri kembali meningkat yang akhirnya menopang mata uang rupiah," katanya.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa Bank Sentral AS atau The Fed akan menerbitkan Beige Book, dimana terdapat perkiraaan terhadap tinjauan kelanjutan dari pertumbuhan ekonomi AS.

"Prediksi itu membuat dolar AS terapresiasi terhadap sejumlah mata uang dunia," kata Ariston Tjendra.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (18/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak mendatar atau stagnan di posisi Rp13.770 per dolar AS.