Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyatakan rencana pembentukan poros ketiga dalam Pemilihan Presiden 2019 semakin sulit diwujudkan.

"Ya memang Pak Zulkifli Hasan katanya mau membentuk kelompok ketiga itu tetapi kelihatannya makin sulit. Apalagi kalau Pak Prabowo betul-betul siap maju sebagai calon, pembentukan kelompok ketiga itu memang agak sulit," kata Yusril di gedung KPK, Jakarta, Rabu.

Yusril mendatangi KPK untuk menemani kliennya, mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Syafruddin Arsyad Temenggung, yang diperiksa sebagai tersangka dalam kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

"Saya ikut pengalaman tahun 1999 pada waktu itu ada Poros Tengah. Itu memang mungkin digalang karena yang memilih kan MPR. Kalau sekarang ini yang milih rakyat bikin poros tengah itu tidak mudah mewujudkan," kata Yusril.

Yusril belum bisa memastikan ke mana arah partainya berkoalisi dalam Pilpres 2019 mendatang.

"Alternatifnya kami belum putuskan ke arah mana tetapi kalau untuk dukung Pak Jokowi, PBB sudah mengatakan tidak. Kalau Pak Jokowi calon tunggal ya PBB dukung kotak kosong," kata Yusril.

Saat ditanya apakah partainya akan merapat ke Partai Gerindra, ia menjawab, "Gerindra sampai hari ini belum ada pembicaraan apa pun walaupun banyak sekali wacana-wacana disebutkan tetapi belum ada keputusan apa pun yang kami ambil, kami hormati rekan-rekan yang mungkin sudah merasa lebih berhak menjadi pasangannya Pak Prabowo, saya tidak begitu ngotot atau apa jadi saya biasa-biasa saja."

Yusril juga membenarkan bahwa beberapa politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bergabung dengan partainya.

"Memang beberapa hari yang lalu sejumlah tokoh-tokoh PPP datang ke kantor kami menyatakan keinginan bergabung ke PBB karena merasa ada kesamaan dari segi visi, misi, dan garis perjuangan. Mereka sendiri menamakannya sebagai kelompok PPP khittah yang terdiri dari dua kubu baik kubunya Djan Faridz maupun kubunya Pak Romi," kata dia.

Di antara politisi yang menyatakan pindah itu adalah Wakil Ketua Umum PPP kubu Romahurmuziy Tamam Achda, mantan Sekretaris Majelis Pakar PPP Ahmad Yani dan Anwar Sanusi.

"Dari dua kubu pokoknya yang sama-sama tidak puas dengan kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh partai kalau dulu itu tidak setuju dengan dukung Ahok kalau sekarang ini tidak setuju karena barangkali dukung Jokowi," kata Yusril.