Washington (ANTARA News) – Otoritas kesehatan internasional, Selasa (17/4), melaporkan wabah difteri di Venezuela dan Haiti, dan kasus penyakit yang berpotensi mematikan itu telah muncul di Kolombia dan juga Brasil.

Difteri merupakan bakteri yang menyebabkan tenggorokan bengkak dan kesulitan bernapas bagi korbannya. Penyakit itu dapat mematikan jika tidak diobati, tetapi dapat dicegah dengan vaksin.

“Di Venezuela, wabah difteri yang dimulai pada Juli 2016 masih aktif,” ungkap Organisasi Kesehatan Pan Amerika (Pan American Health Organization/PAHO) dalam laporan mereka pada 16 April.

Sejak awal wabah, 1.602 dugaan kasus telah dilaporkan, yang 976 diantaranya telah dikonfirmasi sementara 142 korban meninggal sebelum penyakit itu dapat dikonfirmasi.

PAHO mengatakan bahwa orang-orang yang paling rentan terhadap penyakit itu berusia antara lima sampai 19 tahun.

Beberapa kasus difteri yang dilaporkan di Brasil dan Kolombia – yang keduanya berbatasan dengan Venezuela – diduga atau dikonfirmasi berasal dari Venezuela.

Bayi berusia tiga tahun di Venezuela tahun ini dikonfirmasi meninggal akibat difteri di departemen Kolombia, La Guajira, di perbatasan timur Venezuela.

Secara terpisah di Haiti, wabah pertama yang dilaporkan pada 2014 terus berlanjut, dengan 410 kemungkinan kasus, termasuk 75 korban jiwa. Lebih dari setengah dari kemungkinan kasus itu adalah anak-anak di bawah usia 10 tahun, ungkap laporan yang dilansir AFP.