Kota Gaza (ANTARA News) - Wartawan Palestina baru-baru ini menyadari mereka telah menjadi sasaran tentara Israel saat mereka meliput protes massa di perbatasan antara Jalur Gaza dan Israel.

Pada 6 April, Yasser Murtaga --juru kamera yang berusia 30 tahun dari Kota Gaza-- ditembak hingga tewas oleh tentara Israel di sebelah timur Kota Khan Younnis di bagian selatan Jalur Gaza, saat merekam kegiatan untuk perusahaan produksi televisi dan berita lokal.

Sebagai bagian dari protes selama enam pekan yang dinamakan "Pawai Akbar Kepulangan", yang dimulai pada 30 Maret, rakyat Palestina telah menggelar lima pawai di bagian timur Jalur Gaza di perbatasan dengan Israel.

Pertemuan terbuka tersebut direncanakan berlangsung sampai 15 Mei, hari setelah peringatan kemerdekaan ke-70 Israel tapi diperingati oleh rakyat Palestina sebagai Hari Nakba, atau "Hari Bencana".

Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza mengatakan 35 orang Palestina telah tewas, termasuk dua anggota HAMAS, dan lebih dari 2.800 orang lagi cedera sejak awal protes itu.

Sebaliknya, Israel menyatakan kebanyakan orang tewas adalah "anggota HAMAS dan sebagian gerilyawan yang menyamar sebagai warga sipil".

Sementara bentrokan meningkat pada sore hari 13 April, Jumat ketiga demonstrasi, tiga wartawan cedera, termasuk satu orang dalam kondisi kritis, saat mereka meliput kegiatan tersebut, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.

Baca juga: Wartawan Palestina tewas pasca demonstrasi Israel-Palestina

Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza Ashraf Al-Qedra mengatakan Ahmed Abu Aalwa dan Mohammed Al-Hajjar --keduanya wartawan yang bekerja buat organisasi Palestina lokal-- menderita luka sedang di bagian utara Jalur Gaza.

Ahmad Abu Hussein, seorang operator radio lokal, menderita luka parah di daerah yang sama akibat luka-tembak di perutnya, kata Al-Qedra.

Pada Jumat sore, sejumlah wartawan lagi mengalami sesak nafas karena menghirup gas air mata yang dilemparkan tentara Israel ke arah tim media yang meliputi protes itu.

Di dalam satu pernyataan, Serikat Wartawan Palestina menuduh tentara Israel menembaki wartawan yang meliput protes damai tersebut.

"Israel memikul tanggung-jawab atas jatuhnya korban di pihak wartawan dan kejahatan yang terus dilakukan terhadap mereka," kata perhimpunan itu di dalam satu pernyataan.

Menteri Penerangan Pemerintah Otonomi Nasional Palestina menganggap "dengan sengaja membidik" awak media dan pers sebagai pelanggaran nyata terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.

Kementerian tersebut mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa luka yang diderita ketiga wartawan itu adalah tanggung-jawab Israel. Ditambahkannya, Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat untuk melaksanakan Resolusi 2222 untuk melindungi wartawan.

Meskipun menghadapi banyak kesulitan, wartawan terus meliputi peristiwa yang terjadi untuk menyediakan informasi terkini kepada warga dunia.

Baca juga: Wartawan Italia dan tiga pakar bom tewas di Gaza
Baca juga: IFJ seru Israel homati hak wartawan di Gaza