Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu mengingatkan negara-negara di ASEAN agar menjaga kebersamaan dan persatuan untuk mengatasi segala potensi ancaman dan tantangan yang dihadapi selama ini.

"Komitmen dan budaya ASEAN yang juga dikenal dengan `ASEAN Way` ini juga menjadi pondasi utama di dalam membangun kerja sama pertahanan sekaligus sebagai arah utama di dalam mengkalibrasi ulang arsitektur keamanan demi terwujudnya kawasan yang stabil, aman dan damai," kata Menhan dalam sambutannya pada acara Putra Jaya Forum ke 5 tahun 2018 bertema "Kalibrasi Ulang Arsitektur Keamanan Kawasan (Recalibrating Regional Security Architecture), di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin, seperti dalam siaran persnya.

Menurut dia, dalam merumuskan kalibrasi ulang arsitektur keamanan kawasan perlu selalu mengacu pada kondisi aktual potensi ancaman kawasan masa kini dan masa yang akan datang karena hakekat tantangan dan ancaman ASEAN pada masa kini berbeda dengan ancaman pada masa lalu.

Ryamizard juga mengingatkan kepada seluruh negara di ASEAN untuk mengantisipasi berbagai ketidakpastian terkait isu ekonomi, politik, dan keamanan.

"Kecenderungan lingkungan strategis kawasan saat ini sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian yang terkait dengan isu-isu ekonomi, politik, dan keamanan serta adanya upaya perebutan pengaruh dari negara-negara besar," katanya.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini mengatakan, jarak antar negara sekarang ini sudah bukan merupakan penghalang. Di sisi lain, sifat ketergantungan antar negara dan bangsa juga sudah semakin besar.

Oleh karena itu, ke depannya ancaman tidak lagi bersifat konvensional atau perang terbuka antar negara, tetapi lebih bersifat ancaman realistik benturan kepentingan yang mengatasnamakan ideologi tertentu dari kelompok atau golongan atau aktor non-negara yang merasa termajinalisasi oleh keadaan.

"Hal inilah yang menyebabkan munculnya fenomena ancaman baru yang sering saya sampaikan dalam berbagai forum dengan sebutan ancaman nyata," ujar Menhan.

Ancaman nyata itu bersifat lebih dinamis dan multi dimensional, baik berbentuk fisik maupun nonfisik yang dapat muncul dari dalam atau dari luar suatu negara. Seperti ancaman terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya alam, peredaran dan penyalahgunaan narkoba, perang siber dan intelijen dan lainnya.

Di dalam era perkembangan modernisasi dan globalisasi, di samping ancaman-ancaman berbentuk fisik, banyak negara juga sudah menghadapi ancaman non-fisik yang relatif lebih besar pengaruhnya. Khususnya ancaman yang pada gilirannya dapat mengancam keutuhan dan persatuan Kawasan.

Ancaman dan tantangan tersebut, kata dia, berupa kekuatan "soft power" yang berupaya untuk merusak mindset masyarakat di kawasan yang saat ini populer dengan istilah "proxy war". Yakni suatu bentuk perang jenis baru yang mempengaruhi hati dan pikiran rakyat dengan tujuan untuk membelokkan pemahaman dan perilaku masyarakat agar mengikuti kehendak dari aktor yang berada dibalik layar tersebut.

"Jangankan kawasan yang sarat dengan berbagai perbedaan. Sebuah negara yang memiliki Ideologi yang kuat pun sangat mudah dipecah belah oleh kekuatan ini," ujar Menhan mengingatkan.

Saat ini, tambah dia, secara fisik, ASEAN memiliki modalitas kekuatan yang dapat menjadi efek getar pertahananan di kawasan, yakni ada sekitar 569 juta penduduk di ASEAN. Dari jumlah tersebut terdapat sekitar 2.644.710 kekuatan militer aktif.

"Dengan jumlah efektif tersebut, ASEAN memiliki kekuatan yang mahadahsyat yang mampu menangkal berbagai potensi ancaman dan gangguan bersama di kawasan ini," ujarnya.

Di samping itu, guna mengatasi potensi ancaman non-fisik yang bertujuan untuk merusak mindset masyarakat ASEAN, perlu dilakukan komunikasi dan bertukar pikiran secara rutin dan terarah melalui mekanisme konsultasi strategis yang sudah ada seperti forum Pertemuan para Menhan dalam Forum ADMM Retreat, ADMM Plus, Forum Shangrila Dialog serta bentuk konsultasi terkait lainnya seperti Forum Putra Jaya.

Di hadapan peserta Forum Putra Jaya, dijelaskan Menhan, dunia juga masih diwarnai dengan empat isu aktual keamanan serius yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Keempat isu tersebut adalah isu Korea Utara, perkembangan Laut China Selatan, isu trilateral pengamanan Laut Sulu dari potensi ancaman ISIS Asia Timur serta perkembangan krisis Rohingya.

Kesamaan isu yang dihadapi bersama tersebut harus dijadikan titik tolak terbentuknya persatuan dan kesatuan antar negara dan antar kawasan. Salah satunya dengan bersatu mencari solusi bersama yang sejalan dengan kepentingan negara-negara kawasan.