Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada Maret 2018, neraca perdagangan Indonesia mengantongi surplus senilai 1,09 miliar dolar Amerika Serikat (AS), setelah pada periode Januari dan Februari 2018 terus mengalami defisit.

Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers mengatakan bahwa kondisi neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2018 mulai mengalami pemulihan, setelah pada Januari mengalami defisit senilai 756 juta dolar AS, dan pada Februari sebesar 52,9 juta dolar AS.

"Setelah defisit pada Januari dan Februari, pada Maret 2018 neraca perdagangan mencatatkan surplus, mulai pulih kembali," kata Suhariyanto, di Jakarta, Senin.

Surplus neraca perdagangan yang senilai 1,09 miliar dolar tersebut dipicu oleh surplus sektor nonmigas senilai 2,02 miliar dolar AS, sementara sektor migas menekan dengan mencatatkan defisit sebesar 924,5 juta dolar AS.

Secara kumulatif untuk periode Januari-Maret 2018, neraca perdagangan mencatatkan surplus sebesar 282,8 juta dolar AS, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 yang mencapai 4,07 miliar dolar AS.

"Memang jika dibandingkan dengan 2017, jauh. Tapi pada Maret 2018 ini memang jauh lebih baik dibandingkan dua bulan sebelumnya. Diharapkan ekspor makin bagus untuk kedepannya," kata Suhariyanto.

Berdasar catatan BPS, beberapa negara yang menyumbang surplus bagi Indonesia pada periode Januari-Maret 2018 adalah Amerika Serikat dengan surplus mencapai 2,28 miliar dolar AS, India sebesar 2,09 miliar dolar AS, dan Belanda senilai 678 juta dolar AS.

Sementara beberapa negara penyumbang defisit terbesar adalah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang mencapai 3,81 miliar dolar AS, diikuti Thailand sebesar 1,1 miliar dolar AS, dan Australia sebesar 602 juta dolar AS.

Baca juga: Neraca perdagangan defisit 116 juta dolar AS
Baca juga: Kinerja perdagangan Indonesia membaik karena pengaruh global