Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian berupaya menarik investor masuk lebih banyak agar semakin memperdalam struktur industri elektronik dan meningkatkan nilai tambah produknya terutama untuk memenuhi pasar ekspor.

“Kebanyakan industri di Batam itu untuk global market, karena potensinya dekat dengan Singapura dan lokasinya sangat strategis, sehingga harusnya bisa tumbuh lebih tinggi,” kata Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, melalui keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.

Apalagi, lanjutnya, pasar industri elektronik untuk komponen otomotif masih cukup besar.

Peluang itu sejalan dengan upaya pemerintah yang sedang menggenjot sektor kendaraan, seperti pengembangan mobil listrik.

Selain industri elektronik, industri otomotif juga ditetapkan sebagai sektor percontohan implementasi Industri 4.0, yang diikuti pula industri makanan dan minuman, kimia, serta tekstil dan pakaian.

Lebih lanjut, komponen elektronik yang juga bernilai tambah tinggi seperti yang digunakan di perangkat smartphone.

Terlebih, saat ini pengguna gawai semakin banyak, sehingga dapat mendorong Batam mewujudkan klaster industri yang menghasilkan efek pengganda.

“Batam ini khan jadi alih daya untuk produksi smartphone. Isi dari smartphone kan ada chips, dan chips itu telah diproduksi di Batam,” imbuhnya.

Menperin menyebutkan, empat langkah strategis yang telah disiapkan dan akan dijalankan dalam upaya mengakselerasi pengembangan industri elektronik di Indonesia agar mampu memasuki era Industri 4.0, yaitu menarik pemain global terkemuka dengan memberikan paket insentif menarik, mengembangkan kemampuan dalam memproduksi komponen elektronik yang bernilai tambah tinggi.

Selanjutnya, meningkatkan kompetensi tenaga kerja dalam negeri melalui berbagai program pelatihan agar semakin terampil dan inovatif sesuai kebutuhan dunia industri saat ini, serta mengembangkan pelaku industri elektronik dalam negeri yang unggul untuk mendorong transfer teknologi ke industri serupa lainnya.

“Kami juga terus berupaya agar industri elektronik di Indonesia mengurangi ketergantungan kepada bahan baku atau komponen impor. Untuk itu, kami memacu industri elektronik dalam negeri agar tidak hanya terkonsentrasi pada perakitan, tetapi juga terlibat dalam rantai nilai yang bernilai tambah tinggi,” katanya.