Pelari Kenya rajai Cental Celebes Marathon 2018
15 April 2018 17:01 WIB
Pelari asal Kenya, Edwin Kiptanui Kichwen, memasuki garis finis pertama pada Central Celebes Marathon di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (15/4/2018). Lomba lari maraton 42 kilometer yang diikuti 82 peserta dari 18 negara itu dimenangkan Edwin Kiptanui Kichwen dengan catatan waktu 02:32:01 disusul pelari Kenya lainnya Peter Keter (+00:34), Laban Kipkemoi (+01:06), Cyprian Kiogora Mwobi (06:20), dan James Munyi Maregu (08:46) untuk kategori putra. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Palu (ANTARA News) - Dua pelari asal Kenya menyabet juara pertama pada kategori 21 kilometer (K) dan 42 kilometer (K) pada lomba lari Central Celebes Marathon (CCM) 2018 di Kota Palu, Minggu.
Untuk kategori 21K putra internasional diraih oleh Jakob Kibiwur Kitur dengan nomor dada 3006. Sementara kategori 21K putri internasional direbut Jepkosgei Naum dengan nomor dada 3007.
Selain mendapatkan medali, para pemenang di kategori itu mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp8 juta.
Untuk ketegori 42 kilometer putra internasional diraih Edwin Kiptanui Kichwen dengan nomor dada 1010. Sementara kategori 42 kilometer putri internasional diraih Purity Jerimo Serem dengan nomor dada 1002.
Selain mendapatkan medali, para pemenang di kategori itu mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp30 juta.
Ketua Panitia Pelaksana CCM 2018, Syaifullah Djafar mengatakan lomba tersebut diikuti sekitar 1.500 peserta, dimana sekitar 600 orang dari luar Sulawesi Tengah dan sekitar 80 orang adalah pelari mancanegara asal Kenya, Nairobi, Thailand, Malaysia dan Singapura.
"Kita bahkan menolak sekitar 500 orang pendaftar, karena kuotanya sudah penuh," ungkap Syaifullah.
Menurut dia, kegiatan CCM 2018 di Palu, bertepatan dengan kegiatan lomba lari yang sama di Yogyakarta yakni Yogya Mandiri Marathon, sehingga sebagian pelari nasional terbagi dalam mengikuti lomba.
"Untuk target pelari internasional dan nasional sudah tercapai," ujarnya.
Selain itu, seluruh kegiatan tersebut telah dilaksanakan dengan standar internasional, karena setiap rute yang dilewati pelari, panitia telah menyiapkan water station dan posko kesehatan.
"Bahkan ada 13 spot wisata yang dilewati para pelari, dengan sekitar 2000 siswa/siswi yang menjadi penyemangat mereka," ungkap Syaifullah.
Kata dia, para pelari internasional tersebut memberikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan itu, namun bagi mereka, Palu merupakan daerah dengan cuaca yang cukup panas.
"Banyak pelari engan ke Palu, karena Palu cukup panas, sehingga kita menyiapkan semua fasilitas untuk menghindari, jika pelari mengalami dehidrasi," tutup Syaifullah.
Untuk kategori 21K putra internasional diraih oleh Jakob Kibiwur Kitur dengan nomor dada 3006. Sementara kategori 21K putri internasional direbut Jepkosgei Naum dengan nomor dada 3007.
Selain mendapatkan medali, para pemenang di kategori itu mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp8 juta.
Untuk ketegori 42 kilometer putra internasional diraih Edwin Kiptanui Kichwen dengan nomor dada 1010. Sementara kategori 42 kilometer putri internasional diraih Purity Jerimo Serem dengan nomor dada 1002.
Selain mendapatkan medali, para pemenang di kategori itu mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp30 juta.
Ketua Panitia Pelaksana CCM 2018, Syaifullah Djafar mengatakan lomba tersebut diikuti sekitar 1.500 peserta, dimana sekitar 600 orang dari luar Sulawesi Tengah dan sekitar 80 orang adalah pelari mancanegara asal Kenya, Nairobi, Thailand, Malaysia dan Singapura.
"Kita bahkan menolak sekitar 500 orang pendaftar, karena kuotanya sudah penuh," ungkap Syaifullah.
Menurut dia, kegiatan CCM 2018 di Palu, bertepatan dengan kegiatan lomba lari yang sama di Yogyakarta yakni Yogya Mandiri Marathon, sehingga sebagian pelari nasional terbagi dalam mengikuti lomba.
"Untuk target pelari internasional dan nasional sudah tercapai," ujarnya.
Selain itu, seluruh kegiatan tersebut telah dilaksanakan dengan standar internasional, karena setiap rute yang dilewati pelari, panitia telah menyiapkan water station dan posko kesehatan.
"Bahkan ada 13 spot wisata yang dilewati para pelari, dengan sekitar 2000 siswa/siswi yang menjadi penyemangat mereka," ungkap Syaifullah.
Kata dia, para pelari internasional tersebut memberikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan itu, namun bagi mereka, Palu merupakan daerah dengan cuaca yang cukup panas.
"Banyak pelari engan ke Palu, karena Palu cukup panas, sehingga kita menyiapkan semua fasilitas untuk menghindari, jika pelari mengalami dehidrasi," tutup Syaifullah.
Pewarta: Fauzi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: