Mendikbud: siswa tidak siap kenaikan standar soal UNBK
13 April 2018 16:09 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy memberikan pernyataan pers terkait evaluasi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Istana Wakil Presiden Jakarta, Jumat (13/4/2018). (ANTARA/Fransiska Ninditya)
Jakarta, 13/4 (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Jakarta, Jumat, mengatakan banyak siswa tidak siap dengan kenaikan standar yang diterapkan dalam ujian nasional berbasis komputer tahun ini, sehingga muncul keluhan-keluhan terkait kesulitan soal.
"Siswanya banyak tidak siap, banyak siswa menganggap soal ujian nasional sama dengan tahun-tahun lalu, `multiple choice` menggunakan level tiga; padahal sekarang sudah beranjak ke level HOTS (higher order thinking skill, red.) itu," kata Muhadjir di Istana Wakil Presiden Jakarta, Jumat.
Ketidaksiapan siswa menjadi hilir terakhir dari sekian banyak faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan UNBK. Faktor lainnya adalah tidak sampainya sosialisasi kisi-kisi soal dan ketidaksiapan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Muhadjir menjelaskan alur penyampaian materi pembelajaran dan kisi-kisi dimulai sejak penerapan standar HOTS di pusat, untuk kemudian disampaikan kepada sekolah-sekolah.
Sesampainya di tingkat sekolah, guru-guru diharapkan dapat mempelajari dan mendalami materi berstandar nasional tersebut untuk kemudian disampaikan di dalam kelas.
Kemampuan guru dalam mendalami materi itulah yang menjadi kunci dari tepat atau tidaknya penyampaian materi pembelajaran kepada siswa.
"Banyak sekolah belum sinkron antara kemampuan guru dan standar nasional, termasuk dengan kisi-kisi yang kami turunkan. Sebenarnya jauh-jauh hari sudah kami turunkan ke sekolah-sekolah untuk didiskusikan, dimatangkan, melalui MGMP masing-masing," jelasnya.
Keluhan-keluhan terkait soal ujian nasional muncul setelah UNBK tingkat sekolah menengah atas (SMA) berakhir pada Kamis (12/4).
Banyak siswa menganggap soal yang dikeluarkan dalam UNBK terlampau sulit dan tidak sesuai dengan materi kisi-kisi yang selama ini dipelajari.
"Sekarang ini banyak yang mengeluh `kok semakin sulit`, ya itu mohon dimaklumi bahwa memang sekitar 20 persen dari soal itu sudah diterapkan HOTS," ujarnya. (T.F013)
"Siswanya banyak tidak siap, banyak siswa menganggap soal ujian nasional sama dengan tahun-tahun lalu, `multiple choice` menggunakan level tiga; padahal sekarang sudah beranjak ke level HOTS (higher order thinking skill, red.) itu," kata Muhadjir di Istana Wakil Presiden Jakarta, Jumat.
Ketidaksiapan siswa menjadi hilir terakhir dari sekian banyak faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan UNBK. Faktor lainnya adalah tidak sampainya sosialisasi kisi-kisi soal dan ketidaksiapan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Muhadjir menjelaskan alur penyampaian materi pembelajaran dan kisi-kisi dimulai sejak penerapan standar HOTS di pusat, untuk kemudian disampaikan kepada sekolah-sekolah.
Sesampainya di tingkat sekolah, guru-guru diharapkan dapat mempelajari dan mendalami materi berstandar nasional tersebut untuk kemudian disampaikan di dalam kelas.
Kemampuan guru dalam mendalami materi itulah yang menjadi kunci dari tepat atau tidaknya penyampaian materi pembelajaran kepada siswa.
"Banyak sekolah belum sinkron antara kemampuan guru dan standar nasional, termasuk dengan kisi-kisi yang kami turunkan. Sebenarnya jauh-jauh hari sudah kami turunkan ke sekolah-sekolah untuk didiskusikan, dimatangkan, melalui MGMP masing-masing," jelasnya.
Keluhan-keluhan terkait soal ujian nasional muncul setelah UNBK tingkat sekolah menengah atas (SMA) berakhir pada Kamis (12/4).
Banyak siswa menganggap soal yang dikeluarkan dalam UNBK terlampau sulit dan tidak sesuai dengan materi kisi-kisi yang selama ini dipelajari.
"Sekarang ini banyak yang mengeluh `kok semakin sulit`, ya itu mohon dimaklumi bahwa memang sekitar 20 persen dari soal itu sudah diterapkan HOTS," ujarnya. (T.F013)
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: