Penggelaran tersebut juga merupakan aksi unjuk kekuatan paling terakhir di Laut China Selatan yang diperselisihkan.
Televisi Sentral China memperlihatkan gambar Xi menumpang kapal perusak Changsha sebelum berlayar ke sebuah lokasi yang disebutkan secara khusus di Laut China Selatan dan memperhatikan prosesi tersebut, yang melibatkan lebih 10.000 perseonel AL, 76 jet tempur, dan kelompok 48 kapal perang dan kapal selam.
Xi mengatakan kepada bala tentara yang berkumpul bahwa kebutuhan China untuk memiliki pasukan AL yang unggul di dunia "tak pernah lebih mendesak daripada hari ini" dan mendorong mereka untuk menunjukkan kesetiaan kepada partai, sebelum menyaksikan dengan menggunakan teropong empat jet tempur J-15 tinggal landas dari Liaoning, kapal induk pesawat satu-satunya beroperasi.
Dia mengatakan Tentara Pembebasan Rakyat China hendaknya bekerja untuk mengembangkan armada lautnya, membangun sistem tempur maritim modern dan memperkuat kemampuannya dalam misi-misi militer yang berbeda.
Baca juga: Tanggapan China soal rencana Indonesia-ASEAN patroli bersama di LCS
Angkatan bersenjata China, yang terbesar di dunia, sedang menjalani program modernisasi yang mencakup investasi di bidang teknologi dan peralatan baru seperti pesawat-pesawat tempur siluman dan kapal-kapal induk, serta pengurangan jumlah personel.
Tapi, keberadaan militer China telah membuat risau para tetangganya khususnya karena sikap asertifnya yang meningkat di kawasan-kawasan yang diperselisihkan di Laut China Selatan dan Timur dan soal Taiwan, wilayah yang memiliki pemerintahan sendiri. Beijing mengklaimnya sebagai miliknya.
China juga mengumumkan pihaknya akan menyelenggarakan latihan militer dengan peluru tajam di Selat Taiwan pada 18 April 2018, demikian laporan Reuters.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tentaranya menilai situasi itu di bawah kendali dan dapat menjamin keselamatan Taiwan.
Xi, yang juga sebagai ketua Komisi Militer Sentral dan panglima tertinggi, telah memperlihatkan kegemaran untuk mempertontonkan kemampuan militer, termasuk parade skala besar tank dan peluru kendali melintasi pusat kota Beijing tahun 2015, dan lainnya di pangkalan latihan terpencil Zhurihe di wilayah Mongolia pada Juli.
Gelar armada China itu berlangsung setelah kapal induk USS Theodore Roosevelt melakukan apa yang militer Amerika Serikat (AS) sebut sebagai latihan rutin di Laut China Selatan pada Selasa (10/4).
Baca juga: Ryamizard Ryacudu ungkap empat gangguan keamanan kawasan
Baca juga: Klaim di Laut China Selatan harus sesuai hukum internasional