Gempa 4,7 SR di 133 kilometer dari Sabang tak picu tsunami
11 April 2018 19:54 WIB
Dokumentasi Dua petugas Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung memantau aktivitas wisatawan terkait kewaspadaan dampak Tsunami Chili, di Pantai Kuta, Bali, Kamis (3/4/2014). BPBD sebelumnya telah mengeluarkan himbauan bagi masyarakat dan wisatawan untuk menjauhi pantai namun aktivitas wisatawan masih tetap berjalan normal. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Banda Aceh (ANTARA News) - Gempa bumi berkekuatan 4,7 Skala Richter (SR) yang terjadi di laut dengan jarak 133 kilometer ke arah Barat Daya dari Kota Sabang, Aceh, tidak memicu terjadinya tsunami di daratan provinsi tersebut.
"Hari ini tepat pukul 19.12 WIB, telah terjadi gempa di laut pada kedalaman 94 kilometer," ucap Pelaksana harian Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie BMKG Aceh, Rilza Nur Akbar di Aceh Besar, Rabu.
Meski terjadi di wilayah perairan, lanjut dia, tepatnya di Samudera Hindia atau Pantai Barat dari Pulau Sumatera, tetapi warga di Banda Aceh sangat kecil sekali merasakan gempa kali ini.
Hasil analisis pihaknya menyebut, gempa kali ini terjadi dengan koordinat episenter di 5,30 Lintang Utara, dan 94,28 Bujur Timur.
"Memang tadi terdapat seorang warga di Banda Aceh, menyakan gempa. Tetapi kemudian, kami beri jawaban apa adanya," katanya.
Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan, Edison Kurniawan, sebelumnya mengaku, dampak gempa bumi digambarkan dengan tingkat guncangan I-II Modified Mercalli Intensity (MMI).
"Ini menunjukkan dampak gempa berupa guncangan yang berpotensi dirasakan di Banda Aceh dalam skala intensitas I SIG-(Skala Intensitas Gempabumi) BMKG atau I-II MMI," ujar dia.
Bila ditinjau dari kedalaman titik hiposenter, terangnya, tampak bahwa gempa bumi kali ini termasuk dalam klasifikasi dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
Tepatnya di zona Megathrust, merupakan zona subduksi lempeng berada di Samudera Hindia sebelah Barat, Sumatra.
"Konvergensi antara kedua lempeng itu, membentuk zona subduksi dan menjadi salah satu kawasan sumber gempa bumi sangat aktif di wilayah Sumatera," tegas Edison.
"Hari ini tepat pukul 19.12 WIB, telah terjadi gempa di laut pada kedalaman 94 kilometer," ucap Pelaksana harian Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie BMKG Aceh, Rilza Nur Akbar di Aceh Besar, Rabu.
Meski terjadi di wilayah perairan, lanjut dia, tepatnya di Samudera Hindia atau Pantai Barat dari Pulau Sumatera, tetapi warga di Banda Aceh sangat kecil sekali merasakan gempa kali ini.
Hasil analisis pihaknya menyebut, gempa kali ini terjadi dengan koordinat episenter di 5,30 Lintang Utara, dan 94,28 Bujur Timur.
"Memang tadi terdapat seorang warga di Banda Aceh, menyakan gempa. Tetapi kemudian, kami beri jawaban apa adanya," katanya.
Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan, Edison Kurniawan, sebelumnya mengaku, dampak gempa bumi digambarkan dengan tingkat guncangan I-II Modified Mercalli Intensity (MMI).
"Ini menunjukkan dampak gempa berupa guncangan yang berpotensi dirasakan di Banda Aceh dalam skala intensitas I SIG-(Skala Intensitas Gempabumi) BMKG atau I-II MMI," ujar dia.
Bila ditinjau dari kedalaman titik hiposenter, terangnya, tampak bahwa gempa bumi kali ini termasuk dalam klasifikasi dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
Tepatnya di zona Megathrust, merupakan zona subduksi lempeng berada di Samudera Hindia sebelah Barat, Sumatra.
"Konvergensi antara kedua lempeng itu, membentuk zona subduksi dan menjadi salah satu kawasan sumber gempa bumi sangat aktif di wilayah Sumatera," tegas Edison.
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: