Teheran (ANTARA News) - Wakil menteri luar negeri Iran pada Selasa mengecam dugaan serangan oleh Israel ke sebuah pangkalan udara Suriah.
Dengan menyerang pangkalan udara Homs di Suriah, Israel sedang berupaya meningkatkan ketegangan di kawasan, kata Abbas Araqchi.
Araqchi memuji pemerintah Suriah untuk apa yang disebutnya sebagai kemenangan atas kelompok-kelompok garis keras.
Kemajuan yang dicapai militer Suriah telah merugikan musuh-musuh negara Arab, karena itu "mereka berupaya memunculkan kembali ketegangan," katanya.
Araqchi memperingatkan masyarakat internasional untuk mewaspadai langkah-langkah Israel di kawasan Timur Tengah.
Pada Senin, sebanyak 14 orang, termasuk beberapa anggota pasukan Iran yang bersekutu dengan pemerintah Suriah, tewas dalam serangan yang diduga dilancarkan jet-jet tempur F-15 milik Israel ke pangkalan udara T-4 di Suriah tengah.
Pada hari itu, laporan-laporan berbagai media Iran mengatakan empat penasihat militer Iran tewas dalam serangan tersebut.
Baca juga: Tujuh tentara Iran tewas dihajar serangan udara misterius
Baca juga: Rusia panggil Dubes Israel terkait serangan udara di Suriah
Baca juga: Trump batal safari Amerika Latin, dengan alasan fokus awasi Suriah
Sementara itu, laman berita Asr Iran melaporkan pada Selasa bahwa jenazah tujuh warga Iran yang tewas dalam serangan dibawa ke tanah air pada Selasa pagi.
Seorang pembantu Pemimpin Agung Iran mengatakan, Selasa, bahwa serangan Israel baru-baru ini ke pangkalan udara di Suriah itu tidak akan dibiarkan tanpa pembalasan, menurut Press TV.
"Tentu saja, kejahatan ini tidak akan dibiarkan tanpa ada balasan," kata Ali Akbar Velayati, penasihat senior Ayatullah Ali Khamenei untuk urusan hubungan internasional.
Iran akan dengan kuat membela kesatuan wilayah dan kedaulatan nasional Suriah, tambahnya, demikian Xinhua.
Iran kecam dugaan serangan Israel ke pangkalan udara Suriah
11 April 2018 05:33 WIB
Ilustrasi - Seorang pria terlihat berlari setelah serangan udara di desa terkepung Douma di bagian timur Ghouta di Damaskus, Suriah, Selasa (6/2/2018). (REUTERS/BASSAM KHABIEH)
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018
Tags: