Kemenkop apresiasi banyak KUD sawit makin berkembang
10 April 2018 21:31 WIB
Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram mengapresiasi semakin banyaknya Koperasi Unit Desa (KUD) yang bergerak di bidang usaha kelapa sawit saat ini semakin berkembang menjadi lebih profesional. (Humas Kementerian Koperasi dan UKM)
Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram mengapresiasi semakin banyaknya Koperasi Unit Desa (KUD) yang bergerak di bidang usaha kelapa sawit dan sekarang semakin berkembang menjadi lebih profesional.
Agus Muharram di Jakarta, Selasa, mengatakan saat ini sebagian besar KUD memang sudah berbeda jauh dengan masa lalu sejak bergulirnya program revitalisasi KUD.
"Saat ini, banyak KUD sudah memiliki pengurus yang profesional dan berdedikasi tinggi yang berujung pada peningkatan kinerja KUD secara menyeluruh, termasuk KUD Sawit," katanya.
Terbukti, kata dia, saat ini ada sekitar 72 KUD di Riau dan Jambi yang beranggotakan 30 ribu petani yang bergerak pada sektor perkebunan kelapa sawit yang bekerjasama model inti plasma dengan perusahaan besar seperti Asian Agri.
"Usaha besar mau kerja sama dengan koperasi karena koperasinya baik dan bagus," kata Agus.
Untuk itu, lanjut Agus, pihaknya akan terus memperkuat kelembagaan petani yang tergabung dalam koperasi.
"Kami sangat peduli untuk turut menjaga industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia secara berkelanjutan. Sebab, potensi ekonomi dari sawit nasional itu sangat besar. Apalagi, dari sekitar 14,03 juta hektar perkebunan kelapa sawit yang ada, 40 persen diantaranya merupakan perkebunan rakyat dengan mayoritas petaninya merupakan anggota koperasi," kata Agus.
Bahkan, Agus menekankan bahwa pemerintah amat terbantu dengan adanya kerja sama antara inti dengan plasma binaannya, seperti yang dilakukan Asian Agri.
"Terlebih lagi, itu sesuai dengan program Nawacita yang salah satunya mengamanatkan pembangunan dari mulai desa-desa. Oleh karena itu, kami akan terus membenahi dan memperkuat institusi koperasi yang ada di pedesaan di seluruh Indonesia," kata Agus.
Agus mengakui bahwa saat ini banyak koperasi atau KUD yang dalam pembiayaannya berasal dari swadaya para anggotanya, tidak lagi dari bantuan pemerintah.
Tapi, bukan berarti pemerintah tidak hadir di dalamnya khususnya dalam membangun KUD di daerah-daerah perkebunan.
"Kita memiliki program pembiayaan seperti kredit usaha rakyat atau KUR dan dana bergulir dari LPDB KUMKM dengan bunga yang sangat murah. Saya berharap para petani sawit bisa memanfaatkan program tersebut," kata Agus.
Menurut Agus, banyak keuntungan yang didapat dari pola kerja sama inti plasma ini diantaranya, pasar bagi produk yang dihasilkan petani sudah jelas ada.
"Inti juga berkewajiban membina plasmanya. Plasma jangan dijadikan sebagai objek, melainkan mitra yang saling menguntungkan. Selain itu, kerjasama Inti Plasma ini juga tidak semata-mata menanam sawit tapi juga menjaga lingkungan," kata Agus.
Agus juga berharap KUD-KUD kelapa sawit yang ada di Riau dan Jambi untuk segera memperkuat sektor usahanya melalui kemajuan teknologi atau IT.
"Dengan IT, para petani bisa memonitoring pergerakan harga sawit dunia, kualitas produk, hingga memonitor persaingan di pasar," kata Agus.
Agus Muharram di Jakarta, Selasa, mengatakan saat ini sebagian besar KUD memang sudah berbeda jauh dengan masa lalu sejak bergulirnya program revitalisasi KUD.
"Saat ini, banyak KUD sudah memiliki pengurus yang profesional dan berdedikasi tinggi yang berujung pada peningkatan kinerja KUD secara menyeluruh, termasuk KUD Sawit," katanya.
Terbukti, kata dia, saat ini ada sekitar 72 KUD di Riau dan Jambi yang beranggotakan 30 ribu petani yang bergerak pada sektor perkebunan kelapa sawit yang bekerjasama model inti plasma dengan perusahaan besar seperti Asian Agri.
"Usaha besar mau kerja sama dengan koperasi karena koperasinya baik dan bagus," kata Agus.
Untuk itu, lanjut Agus, pihaknya akan terus memperkuat kelembagaan petani yang tergabung dalam koperasi.
"Kami sangat peduli untuk turut menjaga industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia secara berkelanjutan. Sebab, potensi ekonomi dari sawit nasional itu sangat besar. Apalagi, dari sekitar 14,03 juta hektar perkebunan kelapa sawit yang ada, 40 persen diantaranya merupakan perkebunan rakyat dengan mayoritas petaninya merupakan anggota koperasi," kata Agus.
Bahkan, Agus menekankan bahwa pemerintah amat terbantu dengan adanya kerja sama antara inti dengan plasma binaannya, seperti yang dilakukan Asian Agri.
"Terlebih lagi, itu sesuai dengan program Nawacita yang salah satunya mengamanatkan pembangunan dari mulai desa-desa. Oleh karena itu, kami akan terus membenahi dan memperkuat institusi koperasi yang ada di pedesaan di seluruh Indonesia," kata Agus.
Agus mengakui bahwa saat ini banyak koperasi atau KUD yang dalam pembiayaannya berasal dari swadaya para anggotanya, tidak lagi dari bantuan pemerintah.
Tapi, bukan berarti pemerintah tidak hadir di dalamnya khususnya dalam membangun KUD di daerah-daerah perkebunan.
"Kita memiliki program pembiayaan seperti kredit usaha rakyat atau KUR dan dana bergulir dari LPDB KUMKM dengan bunga yang sangat murah. Saya berharap para petani sawit bisa memanfaatkan program tersebut," kata Agus.
Menurut Agus, banyak keuntungan yang didapat dari pola kerja sama inti plasma ini diantaranya, pasar bagi produk yang dihasilkan petani sudah jelas ada.
"Inti juga berkewajiban membina plasmanya. Plasma jangan dijadikan sebagai objek, melainkan mitra yang saling menguntungkan. Selain itu, kerjasama Inti Plasma ini juga tidak semata-mata menanam sawit tapi juga menjaga lingkungan," kata Agus.
Agus juga berharap KUD-KUD kelapa sawit yang ada di Riau dan Jambi untuk segera memperkuat sektor usahanya melalui kemajuan teknologi atau IT.
"Dengan IT, para petani bisa memonitoring pergerakan harga sawit dunia, kualitas produk, hingga memonitor persaingan di pasar," kata Agus.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: