Puan minta UNESCO ikut dorong pembangunan budaya masuk pendidikan
10 April 2018 19:11 WIB
Menko PMK Indonesia Puan Maharani (depan kiri) dalam Sidang Executive Board Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB ( UNESCO), yang berlangsung di Markas Besar UNESCO, Paris, Selasa pagi (9/4/2018). (ANTARA News/HO)
Paris (ANTARA News) - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengharapkan UNESCO ikut mengambil peran menjadikan pembangunan budaya masuk dalam platform pendidikan dan Indonesia siap bekerja sama dengan UNESCO untuk mencapai tujuan ini.
Hal itu disampaikan Menko Puan Maharani dalam Sidang Executive Board Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB ( UNESCO), yang berlangsung di Markas Besar UNESCO, Paris, Selasa pagi.
Dalam sidang pertama sejak Indonesia terpilih menjadi anggota Dewan Eksekutif UNESCO untuk periode 2017-2021 juga Menko hadir Mendikbud Muhadjir Effendy, Sesjen Kemendikbud Didik Suhardi dan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia (KNIU) untuk UNESCO Kemendikbud Prof. Dr. Arief Rachman, dan Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan Agama Kemenko PMK Prof Agus Sartono.
Dalam sidang Executive Board, Menko Puan Maharani didampingi Dubes RI di Paris yang juga Wakil Tetap Unesco di Paris Dubes Hotmangaradja Pandjaitan- mengatakan Indonesia kembali berkomitmen bekerja sama dengan Direktur Jenderal, dan anggota Dewan Eksekutif lainnya.
"Indonesia menyambut baik bahwa UNESCO terus berkomitmen untuk memajukan Tujuan 4 dari Agenda 2030," ujarnya.
Menurut Puan Maharani, pendidikan yang berkualitas sangat penting karena banyak negara berkembang akan mendapatkan bonus demografi, seperti Indonesia. Dalam waktu dekat, generasi muda akan menghadapi tantangan utama otomatisasi kerja, yang akan mengubah karakter dari lapangan kerja yang tersedia, dan makin diperberat dengan datangnya Industri .
Dua sisi
Pendidikan dan kebudayaan adalah dua sisi dari koin yang sama. Keduanya penting untuk pengembangan manusia, sehingga baik pendidikan maupun budaya harus ditangani secara komprehensif.
"Kita semua harus mengantisipasi perkembangan ini," ujarnya.
Dalam kesempatan itu Menko juga menyebutkan Indonesia telah memprioritaskan pemerataan akses pendidikan, pelatihan keterampilan, dan pembentukan karakter.
Dalam memastikan akses inklusif bagi semua, Pemerintah Indonesia terus menerapkan kebijakan dan program yang promasyarakat miskin dan berinvestasi lebih banyak untuk pengembangan pendidikan di daerah-daerah yang kurang terlayani.
Berkenaan dengan pelatihan keterampilan, Indonesia melakukan reformasi secara komprehensif terhadap kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Kejuruan - Technical and Vocational Education and Training/TVET) sejalan dengan Strategi UNESCO untuk TVET 2016-2021.
TVET telah berhasil memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada kaum muda. Program ini mengembangkan kewirausahaan, yang berperan sebagai jembatan antara pendidikan dan pekerjaan.
Pembangunan karakter perlu dimasukkan dalam kurikulum di semua tingkat pendidikan, karena penting untuk mengembangkan toleransi dan kerja sama dalam keberagaman.
Dalam mencapai Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan, Indonesia telah mengintegrasikan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, atau (Education for Sustainable Development-ESD), ke dalam kurikulum, dengan perhatian khusus pada pengembangan karakter, pengurangan kemiskinan, kewirausahaan, kesehatan, kesetaraan gender, dan kelestarian lingkungan.
Sementara itu Menko juga menyebutkan sains, teknologi, dan inovasi juga penting dalam mencapai 2030 Agenda.
"Meskipun kami melihat ada hambatan tertentu dalam menerapkan IMS, Indonesia percaya bahwa UNESCO perlu mengeksplorasi lebih lanjut, cara-cara strategis untuk melakukan berbagi sumber daya dalam kolaborasi dengan para pemangku kepentingan lainnya".
Menko menyebutkan contoh utama koerja sama multipihak, dimana Indonesia memiliki komitmen kuat, yaitu UNESCO Global Geopark dan UNESCO Asia Pacific Center for Ecohydrology yang terletak di Science and Techno Park (STP) di Indonesia. Untuk itu Menko Puan mengundang UNESCO dan semua anggota untuk mengambil manfaat dari pusat-pusat ini.
Menko menyebutkan sebagai negara kepulauan, Indonesia ingin melihat lebih banyak publikasi ahli UNESCO tentang ilmu dan penelitian laut, termasuk pencemaran laut, pengelolaan pesisir dan dampak perubahan iklim, dan hubungannya dengan Konvensi Kerangka Kerja tentang Perubahan Iklim.
"Kami mencatat persiapan yang dilakukan IOC untuk Dekade Sains Laut PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan 2021-2030".
Menko juga menyinggung peran UNESCO dalam menyebarkan perdamaian melalui Ingatan Kolektif Dunia/Memory of the World, dan menggarisbawahi warisan bersama.
Budaya merupakan komponen kunci untuk membangun rasa hormat, toleransi, dan pengertian. Dalam hal ini, UNESCO harus memainkan peran yang lebih strategis lagi, selain membantu Negara-negara dalam melestarikan warisan budaya mereka, tapi juga dalam mencapai perdamaian dan harmoni, demikian Menko Puan Maharani.
Di hadapan Dirjen UNESCO, Audrey Azolay, dan seluruh delegasi negara anggota Dewan Eksekutif UNESCO, Menko Puan mengatakan Pemerintah RI hari Selasa dan Rabu (10 dan 11 Apeil) menjadi tuan rumah ?Indonesia Africa Forum/IAF ?yang diadakan sampai di Bali. IAF sebagai wujud komitmen dan persaudaraan dengan benua Afrika.
Hal itu disampaikan Menko Puan Maharani dalam Sidang Executive Board Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB ( UNESCO), yang berlangsung di Markas Besar UNESCO, Paris, Selasa pagi.
Dalam sidang pertama sejak Indonesia terpilih menjadi anggota Dewan Eksekutif UNESCO untuk periode 2017-2021 juga Menko hadir Mendikbud Muhadjir Effendy, Sesjen Kemendikbud Didik Suhardi dan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia (KNIU) untuk UNESCO Kemendikbud Prof. Dr. Arief Rachman, dan Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan Agama Kemenko PMK Prof Agus Sartono.
Dalam sidang Executive Board, Menko Puan Maharani didampingi Dubes RI di Paris yang juga Wakil Tetap Unesco di Paris Dubes Hotmangaradja Pandjaitan- mengatakan Indonesia kembali berkomitmen bekerja sama dengan Direktur Jenderal, dan anggota Dewan Eksekutif lainnya.
"Indonesia menyambut baik bahwa UNESCO terus berkomitmen untuk memajukan Tujuan 4 dari Agenda 2030," ujarnya.
Menurut Puan Maharani, pendidikan yang berkualitas sangat penting karena banyak negara berkembang akan mendapatkan bonus demografi, seperti Indonesia. Dalam waktu dekat, generasi muda akan menghadapi tantangan utama otomatisasi kerja, yang akan mengubah karakter dari lapangan kerja yang tersedia, dan makin diperberat dengan datangnya Industri .
Dua sisi
Pendidikan dan kebudayaan adalah dua sisi dari koin yang sama. Keduanya penting untuk pengembangan manusia, sehingga baik pendidikan maupun budaya harus ditangani secara komprehensif.
"Kita semua harus mengantisipasi perkembangan ini," ujarnya.
Dalam kesempatan itu Menko juga menyebutkan Indonesia telah memprioritaskan pemerataan akses pendidikan, pelatihan keterampilan, dan pembentukan karakter.
Dalam memastikan akses inklusif bagi semua, Pemerintah Indonesia terus menerapkan kebijakan dan program yang promasyarakat miskin dan berinvestasi lebih banyak untuk pengembangan pendidikan di daerah-daerah yang kurang terlayani.
Berkenaan dengan pelatihan keterampilan, Indonesia melakukan reformasi secara komprehensif terhadap kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Kejuruan - Technical and Vocational Education and Training/TVET) sejalan dengan Strategi UNESCO untuk TVET 2016-2021.
TVET telah berhasil memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada kaum muda. Program ini mengembangkan kewirausahaan, yang berperan sebagai jembatan antara pendidikan dan pekerjaan.
Pembangunan karakter perlu dimasukkan dalam kurikulum di semua tingkat pendidikan, karena penting untuk mengembangkan toleransi dan kerja sama dalam keberagaman.
Dalam mencapai Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan, Indonesia telah mengintegrasikan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, atau (Education for Sustainable Development-ESD), ke dalam kurikulum, dengan perhatian khusus pada pengembangan karakter, pengurangan kemiskinan, kewirausahaan, kesehatan, kesetaraan gender, dan kelestarian lingkungan.
Sementara itu Menko juga menyebutkan sains, teknologi, dan inovasi juga penting dalam mencapai 2030 Agenda.
"Meskipun kami melihat ada hambatan tertentu dalam menerapkan IMS, Indonesia percaya bahwa UNESCO perlu mengeksplorasi lebih lanjut, cara-cara strategis untuk melakukan berbagi sumber daya dalam kolaborasi dengan para pemangku kepentingan lainnya".
Menko menyebutkan contoh utama koerja sama multipihak, dimana Indonesia memiliki komitmen kuat, yaitu UNESCO Global Geopark dan UNESCO Asia Pacific Center for Ecohydrology yang terletak di Science and Techno Park (STP) di Indonesia. Untuk itu Menko Puan mengundang UNESCO dan semua anggota untuk mengambil manfaat dari pusat-pusat ini.
Menko menyebutkan sebagai negara kepulauan, Indonesia ingin melihat lebih banyak publikasi ahli UNESCO tentang ilmu dan penelitian laut, termasuk pencemaran laut, pengelolaan pesisir dan dampak perubahan iklim, dan hubungannya dengan Konvensi Kerangka Kerja tentang Perubahan Iklim.
"Kami mencatat persiapan yang dilakukan IOC untuk Dekade Sains Laut PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan 2021-2030".
Menko juga menyinggung peran UNESCO dalam menyebarkan perdamaian melalui Ingatan Kolektif Dunia/Memory of the World, dan menggarisbawahi warisan bersama.
Budaya merupakan komponen kunci untuk membangun rasa hormat, toleransi, dan pengertian. Dalam hal ini, UNESCO harus memainkan peran yang lebih strategis lagi, selain membantu Negara-negara dalam melestarikan warisan budaya mereka, tapi juga dalam mencapai perdamaian dan harmoni, demikian Menko Puan Maharani.
Di hadapan Dirjen UNESCO, Audrey Azolay, dan seluruh delegasi negara anggota Dewan Eksekutif UNESCO, Menko Puan mengatakan Pemerintah RI hari Selasa dan Rabu (10 dan 11 Apeil) menjadi tuan rumah ?Indonesia Africa Forum/IAF ?yang diadakan sampai di Bali. IAF sebagai wujud komitmen dan persaudaraan dengan benua Afrika.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: