Tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, ini langkah pemerintah
9 April 2018 21:14 WIB
Sejumlah petugas PT Pertamina menyemprotkan cairan khusus untuk membersihkan minyak di perairan Jetty Dermaga Pelabuhan Pertamina di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (6/4). (ANTARA FOTO/SHERAVIM)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo meminta agar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar dapat mencegah kebakaran dari tumpahan minyak mentah di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Kalau saya hari Sabtu (7/4) melapor ke bapak Presiden justru kekhawatiran beliau di masyarakatnya, artinya jangan sampai sisa-sisa minyak di kolong bisa `keselentik` api dan kebakaran lagi, itu yang tidak boleh," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Senin.
Pada 31 Maret 2018, pipa baja Pertamina Refinary Unit V berdiameter 20 inci setebal 12 milimeter di kedalaman 25 meter dilaporkan patah dan bergeser hingga 120 meter dari posisi awal yang menyebabkan perairan Teluk Balikpapan dan sekitar Selat Makassar tercemar minyak mentah dan disusul kebakaran di tengah laut. Hingga Selasa (3/4) diketahui 5 orang tewas dari peristiwa kebakaran itu.
"Yang kedua kita harus selesaikan dulu yang urusan kerugian masyarakat, itu yang harus dibicarakan dulu, itu dari kami, kalau dari Pertamina tanya sendiri ke Pertamina ya," tambah Siti.
Meski sudah menerjunkan penyelam-penyelam untuk mengecek kebocoran pipa tersebut, tapi Siti mengaku para penyelam dari KLHK belum dapat mencapai pipa karena pekatnya air.
"Kita sedang mencari jalan bersama dengan pertamina untuk mencari teknologinya karena buat KLHK yang paling penting itu jelas yang bermasalah apa terus tanggung jawabnya siapa, itu lagi diteliti. Ada dua kemungkinan: betul bahwa dia kena jangkar, ketarik atau memang ada persoalan integritas di situ misalnya kualitas pipa atau apa, itu yang harus ditemukan oleh KLHK," jelas Siti.
Hingga saat ini, menurut Siti, sebaran minyak sudah mencapai 12 ribu hektare dan sudah ada 300 meter kubik tumpahan minyak yang diangkut dari perairan tersebut.
"Waktu tim penyelam KLHK turun, tidak bisa tembus karena gelap jadi harus menemukan tekniknya. Kita sedang teliti karena kan memang sebetulnya dari sisi `law enforcement` atau pengawasan lingkungan betul memang ada yang pecah karena ketarik jangkar atau persoalan integritas? Ini yang harus diteliti betul," tegas Siti.
Penelitian itu dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya. KLHK juga sudah mengambil contoh air yang tercemar minyak dari 13 titik dan saat ini sedang dipelajari di laboratorium KLHK.
"Belum ada hasilnya, nanti antara seminggu sampai 10 hari, tapi nanti kita lihat kan yang paling penting yang di bawah yang pipanya itu, apa yang terjadi pada pipanya," ungkap Siti.
Pipa bawah laut itu terakhir dicek kondisinya pada Desember 2017 dan pengecekan berikutnya dilakukan pada 2019. Saat itu tidak dilaporkan adanya kerusakan.
Rumah Sakit Pertamina Balikpapan membuka Posko kesehatan di Kampung Baru Ulu dan Kampung Atas Air sejak 5 April 2018. Posko Kesehatan juga ditambah di Kelurahan Nenang, Penajam yang melayani pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat secara gratis.
Pertamina pun sudah menurunkan empat tim, yang bekerja secara simultan berdasarkan zona, membersihkan perairan Teluk Balikpapan dari tumpahan minyak.
"Kalau saya hari Sabtu (7/4) melapor ke bapak Presiden justru kekhawatiran beliau di masyarakatnya, artinya jangan sampai sisa-sisa minyak di kolong bisa `keselentik` api dan kebakaran lagi, itu yang tidak boleh," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Senin.
Pada 31 Maret 2018, pipa baja Pertamina Refinary Unit V berdiameter 20 inci setebal 12 milimeter di kedalaman 25 meter dilaporkan patah dan bergeser hingga 120 meter dari posisi awal yang menyebabkan perairan Teluk Balikpapan dan sekitar Selat Makassar tercemar minyak mentah dan disusul kebakaran di tengah laut. Hingga Selasa (3/4) diketahui 5 orang tewas dari peristiwa kebakaran itu.
"Yang kedua kita harus selesaikan dulu yang urusan kerugian masyarakat, itu yang harus dibicarakan dulu, itu dari kami, kalau dari Pertamina tanya sendiri ke Pertamina ya," tambah Siti.
Meski sudah menerjunkan penyelam-penyelam untuk mengecek kebocoran pipa tersebut, tapi Siti mengaku para penyelam dari KLHK belum dapat mencapai pipa karena pekatnya air.
"Kita sedang mencari jalan bersama dengan pertamina untuk mencari teknologinya karena buat KLHK yang paling penting itu jelas yang bermasalah apa terus tanggung jawabnya siapa, itu lagi diteliti. Ada dua kemungkinan: betul bahwa dia kena jangkar, ketarik atau memang ada persoalan integritas di situ misalnya kualitas pipa atau apa, itu yang harus ditemukan oleh KLHK," jelas Siti.
Hingga saat ini, menurut Siti, sebaran minyak sudah mencapai 12 ribu hektare dan sudah ada 300 meter kubik tumpahan minyak yang diangkut dari perairan tersebut.
"Waktu tim penyelam KLHK turun, tidak bisa tembus karena gelap jadi harus menemukan tekniknya. Kita sedang teliti karena kan memang sebetulnya dari sisi `law enforcement` atau pengawasan lingkungan betul memang ada yang pecah karena ketarik jangkar atau persoalan integritas? Ini yang harus diteliti betul," tegas Siti.
Penelitian itu dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya. KLHK juga sudah mengambil contoh air yang tercemar minyak dari 13 titik dan saat ini sedang dipelajari di laboratorium KLHK.
"Belum ada hasilnya, nanti antara seminggu sampai 10 hari, tapi nanti kita lihat kan yang paling penting yang di bawah yang pipanya itu, apa yang terjadi pada pipanya," ungkap Siti.
Pipa bawah laut itu terakhir dicek kondisinya pada Desember 2017 dan pengecekan berikutnya dilakukan pada 2019. Saat itu tidak dilaporkan adanya kerusakan.
Rumah Sakit Pertamina Balikpapan membuka Posko kesehatan di Kampung Baru Ulu dan Kampung Atas Air sejak 5 April 2018. Posko Kesehatan juga ditambah di Kelurahan Nenang, Penajam yang melayani pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat secara gratis.
Pertamina pun sudah menurunkan empat tim, yang bekerja secara simultan berdasarkan zona, membersihkan perairan Teluk Balikpapan dari tumpahan minyak.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018
Tags: