Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perhubungan pada aksi pengemudi ojek online akhir Maret lalu menyerahkan penetapan tarif kepada aplikator dan pengemudi, Grab selaku salah satu pemain menolak menaikkan tarif.

“Kami tidak bisa memenuhi permintaan tersebut,” kata Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, saat jumpa pers di Jakarta, Jumat.

Grab Indonesia menilai kenaikan tarif tidak selamanya berbanding lurus dengan pertambahan pendapatan. Ia khawatir kenaikan tarif yang tinggi berpotensi menurunkan pendapatan para mitra pengemudi.

Jika tarif naik hingga mirip dengan taksi online, menurut Grab pendapatan mitra ojek online bisa jadi turun karena sepi pesanan.

“Potensi tidak ada yang memesan karena orang cenderung memilih menggunakan mobil. Ini membahayakan,” kata Ridzki.

Grab menyarankan para pengemudi untuk memanfaatkan teknologi yang ada di aplikasi. Aplikasi Grab untuk pengemudi memanfaatkan machine learning untuk menentukan tarif berdasarkan lokasi dan waktu.

Aplikasi dapat memberikan saran kepada para pengemudi untuk beroperasi di daerah tertentu agar mereka mendapatkan penghasilan tambahan.