Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah sebesar 15 poin menjadi Rp13.759 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.744 per dolar AS.

"Sentimen eksternal, terutama mengenai perang dagang masih menjadi salah satu faktor yang memicu volatilitas kurs rupiah cenderung melemah," ujar pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan bahwa sebagian pelaku pasar masih khawatir terhadap dampak dari perang dagang itu dapat menahan ekonomi global, kondisi itu dikhawatirkan turut membuat laju ekonomi domestik tertahan.

Di sisi lain, lanjut dia, masih adanya sentimen mengenai kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini juga turut mempengaruhi pergerakan rupiah. Selain itu, pelaku pasar juga sedang menanti data NFP (non-farm payroll) Amerika Serikat yang sedianya akan dirilis dalam waktu dekat ini.

"Laporan NFP menjadi salah satu yang dinanti pasar karena merupakan indikator ekonomi bagi Amerika Serikat," katanya.

Baca juga: Minim sentimen positif, IHSG BEI melemah 71,91 poin

Baca juga: Harga minyak mentah Indonesia naik 0,26 dolar AS

Baca juga: Emas turun tertekan penguatan dolar dan saham AS

Dari dalam negeri, menurut dia, inflasi yang terkendali sebesar sebesar 3,40 persen (year on year/yoy), serta cadangan devisa Indonesia yang masih cukup tinggi sebesar 128,06 miliar dolar AS pada Februari 2018, menunjukan perekonmian domestik cukup kondusif.

"Sentimen dalam negeri masih cukup kondusif sehingga menahan depresiasi rupiah lebih dalam," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (4/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.760 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.765 per dolar AS.