Jakarta (ANTARA News) - Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara siap mengurangi ketinggalan dan kondisi terisolasi dengan menggelar Festival Maksaira pada 15 April yang salah satu programnya adalah lomba mancing ikan kerapu yang akan memecahkan rekor MURI dengan jumlah peserta terbanyak.

"Kabupaten Kepulauan Sula memang termasuk dalam kategori 3T (tertinggal, terdepan dan terluar), tapi kami bertekad untuk mengurangi ketinggalan melalui berbagai pembangunan," kata Bupati Kepulauan Sula Hendrata Thes di Jakarta, Selasa.

Salah satu hasil dari pembangunan yang sudah dicapai oleh Kepulauan Sula menurut Bupati Hendrata adalah Ibu kota Sanana yang sudah 100 persen sudah dialiri listrik.

Kabupaten yang berada di bagian selatan Maluku Utara tersebut pada festival tahunan Maksaira 2015 sebelumnya juga pernah meraih rekor MURI saat menggelar kegiatan bakar ikan secara tradisional sepanjang 15km yang membentang dari Desa Desa Wailau sampai ke Desa Fetcai.

Maksaira, oleh masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sula dimaknai sebagai gotong- royong untuk membangun kebersamaan dalam menyelesaikan pekerjaan demi kemajuan bersama.

Kegiatan mancing ikan kerapu dengan peserta terbanyak tersebut tidak terlepas dari semangat kearifan lokal masyarakat Sula untuk membangun kebersamaan, gotong-royong seperti yang tercermin dalam Festival Maksaira 2018

Luar biasa
Kabupaten Kepulauan Sula, menurut Hendrat, merupakan daerah kepulauan dengan potensi laut yang sangat luar biasa, tapi potensi tersebut masih dikelola secara tradisional.

"Target festival adalah menaikkan dan mempromosikan kekayaan alam agar menarik perhatian investor untuk menanamkan modalnya disana. Kami sedang kembangkan akses trasportasi udara melalui Kendari(Sultra) yang bisa ditempuh dalam satu jam," kata Hendrata.

Sebagai kabupaten yang baru dibentuk sebagai hasil pemekaran, Hendrata mengakui bahwa daerahnya memang memerlukan banyak pembenahan untuk memajukan kegiatan pariwisata, terutama yang berhubungan dengan infrastruktur, akomodasi dan sumber daya manusia.

Selain keindahan pantai dan lokasi yang sangat cocok untuk memancing, Kabupaten Kepulauan Sula memiliki atraksi lain yang menunggu untuk dikembangkan, yaitu pulau cagar alam, komunitas penyu dan perkawinan hiu paus dua kali dalam setahun.

"Musim tuna terjadi setiap saat dan sangat ideal bagi mereka yang hobi memancing. Selain itu juga bisa dikembangkan wisata sejarah berupa benteng peninggalan Portugis," katanya.

Dilihat dari sisi geografis, kabupaten yang dimekarkan pada 2003 bersamaan dengan Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Utara dan Halmahera Selatan, memang cukup terisolasi karena berjarak 284km dari Ibukota Provinsi Malulu Utara, Ternate.

Kabupaten Kepulauan Sula memiliki populasi hampir 100.000 jiwa dengan mata pencarian utama sebagai nelayan.

Dengan luas lautan mencapai kurang lebih 14.500 km persegi atau 60% dari total wilayah daratan, kabupaten ini menyimpan potensi perikanan yang cukup besar.

Selain potensi perikanan, Pulau Sulabesi dan Pulau Mangoli adalah penghasil komoditi perkebunan kelapa, cacao, jambu mente, pala dan cengkeh.

Potensi sumber daya alam Kabupaten Kepulauan Sula dalam mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah pada saat ini, masih bertumpu pada sektor perikanan dan perkebunan, padahal tersimpan potensi besar di sektor kepariwisataan, baik wisata alam, budaya, sejarah dan wisata bahari.