Ahli komunikasi satwa dikerahkan untuk melacak Bonita
4 April 2018 10:04 WIB
Arsip Foto. Pelepasan harimau sumatera di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, Sumatera Barat, Sabtu (29/7/2017). (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Pekanbaru (ANTARA News) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menurunkan seorang ahli komunikasi satwa guna melacak keberadaan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Kabupaten Indragiri Hilir.
"Dia sudah berada di lokasi dan bergabung dengan tim," kata Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau Mulyo Hutomo kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Mulyo menjelaskan perempuan ahli komunikasi satwa asal Kanada yang dikenal dengan nama Sakti itu sudah mengenal satwa-satwa di Indonesia karena aktif dalam yayasan peduli satwa lokal.
Sakti bergabung dengan tim untuk melacak keberadaan harimau sumatera bernama Bonita di sekitar area perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.
Dalam dua bulan terakhir Bonita berkeliaran di areal perkebunan sawit milik perusahaan Malaysia tersebut dan selama itu si raja rimba betina berusia sekitar empat tahun tersebut telah menewaskan dua manusia.
Sepekan terakhir ini, predator tersebut meninggalkan kawasan perkebunan dan mulai masuk ke jalur hijau yang luasnya diperkirakan sekitar 22 kilometer persegi setelah tim gagal menembak predator tersebut menggunakan obat bius pada akhir Maret 2018.
Mulyo mengatakan Sakti akan membantu tim melacak Bonita atau harimau lain yang menghadirkan teror di kalangan warga serta karyawan perusahaan. Dia akan menggunakan suara auman harimau untuk melacak posisinya.
"Sakti akan mendengar auman harimau lalu dia akan berupaya menerjemahkan posisinya, seperti menggunakan gelombang. Ini ilmiah, bukan magic," ujarnya.
Selain mengirim ahli bahasa satwa, Mulyo mengatakan, tim pencari dan penyelamat Bonita juga menambah personel penembak bius. Saat ini tim gabungan yang terdiri atas personel TNI, Polri, dan pemerintah setempat masih terus berusaha mencari, dan menyelamatkan harimau itu.
Bonita telah menyebabkan dua orang tewas. Jumiati menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir. Korban keduanya Yusri Efendi (34), meregang nyawa di desa yang sama, sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati.
Baca juga: Teror Bonita bikin sekolah libur dua bulan
"Dia sudah berada di lokasi dan bergabung dengan tim," kata Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau Mulyo Hutomo kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Mulyo menjelaskan perempuan ahli komunikasi satwa asal Kanada yang dikenal dengan nama Sakti itu sudah mengenal satwa-satwa di Indonesia karena aktif dalam yayasan peduli satwa lokal.
Sakti bergabung dengan tim untuk melacak keberadaan harimau sumatera bernama Bonita di sekitar area perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.
Dalam dua bulan terakhir Bonita berkeliaran di areal perkebunan sawit milik perusahaan Malaysia tersebut dan selama itu si raja rimba betina berusia sekitar empat tahun tersebut telah menewaskan dua manusia.
Sepekan terakhir ini, predator tersebut meninggalkan kawasan perkebunan dan mulai masuk ke jalur hijau yang luasnya diperkirakan sekitar 22 kilometer persegi setelah tim gagal menembak predator tersebut menggunakan obat bius pada akhir Maret 2018.
Mulyo mengatakan Sakti akan membantu tim melacak Bonita atau harimau lain yang menghadirkan teror di kalangan warga serta karyawan perusahaan. Dia akan menggunakan suara auman harimau untuk melacak posisinya.
"Sakti akan mendengar auman harimau lalu dia akan berupaya menerjemahkan posisinya, seperti menggunakan gelombang. Ini ilmiah, bukan magic," ujarnya.
Selain mengirim ahli bahasa satwa, Mulyo mengatakan, tim pencari dan penyelamat Bonita juga menambah personel penembak bius. Saat ini tim gabungan yang terdiri atas personel TNI, Polri, dan pemerintah setempat masih terus berusaha mencari, dan menyelamatkan harimau itu.
Bonita telah menyebabkan dua orang tewas. Jumiati menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir. Korban keduanya Yusri Efendi (34), meregang nyawa di desa yang sama, sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati.
Baca juga: Teror Bonita bikin sekolah libur dua bulan
Pewarta: Anggi Romadhoni, Bayu Agustari Adha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018
Tags: