Jakarta (ANTARA News) - Raja Salman menegaskan kembali dukungan Kerajaan Arab Saudi kepada Palestina, selepas komentar "aneh" dari putra mahkota Mohammed bin Salman yang diterbitkan majalah Amerika Serikat, The Atlantic, yang menyatakan warga Israel berhak hidup tenang di tanah mereka.

Raja Salman juga menekankan pentingnya melanjutkan upaya proses perdamaian dalam pembicaraannya lewat sambungan telepon dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Senin (2/4) malam.

Pernyataan itu muncul selepas tentara Israel membunuh setidaknya 16 warga Palestina pada akhir pekan lalu dalam demonstrasi yang berujung rusuh di perbatasan Israel-Gaza.

Baca juga: Israel tak akan adili pembunuh 15 demonstran asal Palestina

Baca juga: Israel tolak seruan penyelidikan independen aksi kekerasan di Gaza

Baca juga: Bentrokan di perbatasan Israel-Gaza berlanjut, 35 cedera

Baca juga: Pasukan Israel tewaskan 16 warga Palestina dalam aksi protes di Gaza

Raja Salman menegaskan kembali "posisi teguh Kerajaan terhadap masalah Palestina dan mendukung hak sah rakyat Palestina sebagai sebuah negara merdeka dengan Yerusalem sebagai ibukotanya," demikian dilansir kantor berita resmi Saudi, SPA, Selasa.

Meski laporan tersebut tak merujuk langsung pada terbitan wawancara The Atlantic dengan Pangeran Mohamed pada Senin (2/4) yang kian menimbulkan asumsi kian dekatnya hubungan politik Arab Saudi dengan Israel.

Dalam terbitan wawancara The Atlantic, ketika ditanya apakah ia meyakini bahwa umat Yahudi berhak atas negara mereka, sekurang-kurangnya sebagai bagian dari kampung halaman mereka, Pangeran Mohammed menjawab berikut:

"Saya percaya warga Palestina dan Israel berhak untuk memiliki tanah mereka. Namun kita harus merumuskan kesepakatan perdamaian untuk memastikan stabilitas bagi semua orang di sana dan hubungan normal," katanya.

Arab Saudi selama ini tegas menolak mengakui Israel, yang selama bertahun-tahun konsisten bersikap bahwa normalisasi hubungan bergantung pada penarikan Israel dari tanah di Timur Tengah yang diduduki sejak 1967 itu, yang disebut-sebut Palestina sebagai wilayah mereka.

Belakangan, ketegangan terjadi antara Arab Saudi dengan Iran, yang memantik spekulasi bahwa kesamaan kepentingan (kontra Iran) bakal menimbulkan kedekatan antara Arab Saudi dengan Israel, demikian Reuters.