Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menilai kasus kebocoran data jutaan pengguna Facebook yang digunakan oleh perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica untuk kepentingan kampanye Donald Trump pada pemlihan presiden Amerika Serikat 2016 dapat dimaknai sebagai momentum kemunculan media sosial yang dibuat talenta dalam negeri.

"Kebocoran data itu adalah momentum untuk mengevaluasi Facebook. Apalagi, Facebook juga tercatat sebagai pemilik Whatsapp dan Instagram. Sebaiknya ini juga jadi momentum kebangkitan media sosial Indonesia. Jangan sampai masyarakat Indonesia hanya jadi pengguna saja," kata Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga APJII Tedi Supardi Muslih, dalam keterangan tertulis.

Data APJII menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2017 telah mencapai 143,26 juta dari total jumlah penduduk 262 juta jiwa. Kebanyakan pengguna internet menggunakan media sosial untuk berinteraksi.

Dengan demografi tersebut, dia menilai Indonesia sebaiknya tidak hanya menjadi konsumen, namun juga berkreasi dengan membuat media sosial sendiri.

Indonesia, masih menurut Tedi, dapat mencontoh langkah China yang membuat sendiri media sosial maupun mesin pencari, seperti Baidu, Weibo dan WeChat.

Separuh pengguna internet Indonesia sepanjang 2017 berdasarkan data APJII adalah generasi milenial (49,52 persen).