Jakarta (ANTARA News) - Kalangan penerima beasiswa dari Yayasan Supersemar tidak rela jika yayasan yang didirikan mantan Presiden Soeharto itu disita Kejaksaan Agung (Kejakgung). Sekjen Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS) Suaib Didu di Jakarta, Rabu, menyatakan pihaknya akan memperjuangkan yayasan itu. "Kami sudah menyiapkan 100 pengacara dan kami tidak main- main," kata mantan ketua umum Gerakan Pemuda Islam (GPI) tersebut. Menurut Suaib, meski pendirinya Pak Harto, Yayasan Supersemar bukan milik mantan penguasa Orde baru itu, melainkan milik masyarakat yang hingga kini masih terasa manfaatnya. Untuk "mengamankan" yayasan itu, kata Suaib, pihaknya akan mendatangkan sekitar 600 orang dari sejutaan orang penerima beasiswa Supersemar untuk menggelar aksi dukungan pada 14 Juli mendatang. Suaib yang juga aktivis presidium Masyarakat Anti-Korupsi (MAK) menduga, rencana Kejakgung membuka kembali kasus harta-harta Soeharto lebih dilatarbelakangi alasan politis, seperti menutupi kegagalan pemerintah dalam mengembalikan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). "Sudah menggelar karpet merah pun masih gagal. Jadi mereka ganti sasaran," katanya. Dana yayasan sebesar satu triliun rupiah lebih yang saat ini "parkir" di Bank Indonesia, menurut Suaib, juga menjadi pendorong bagi Kejakgung untuk menyita yayasan itu, apalagi Pemilu tinggal dua tahun. "Daripada memburu uang yang tidak jelas `juntrungannya`, lebih baik mereka memburu uang satu triliun yang sudah di depan mata," katanya.(*)