Jakarta (ANTARA News) - Perancang Decy Ramona yang biasa mengangkat motif asal Sulawesi Selatan akan mempromosikan motif asal Toraja ke penjuru dunia.
Setelah memperkenalkan motif Barre Allo (matahari terbit) di Amerika Serikat pada September 2017, kali ini Decy dengan brand Tyramona akan memperkenalkan koleksi baru bertajuk Pa' Tangke Lumu Toraja ke International Fashion Week 2018 di Dubai.
“Koleksi saya ditujukan untuk menengah ke atas di Dubai,” ujar Decy di konferensi pers di Jakarta, Senin, menambahkan segmen pasar yang diincarnya adalah orang yang mencari gaun-gaun elegan untuk pesta.
Pa' Tangke Lumu adalah istilah Toraja untuk "keluarga yang hidup rukun". Tangke artinya cabang atau tangkai, Lumu' punya arti lumut, sementara Situru' artinya sejalan dengan tujuan.
Kini desain Pa'Tangke Lumu' Situru yang kerap disingkat jadi Pa'Lumu biasa dibuat sedikit berbeda, lebih elegan dan mewah dengan sentuhan payet, mutiara, swarovski sehingga terkesan modern.
Motif Pa'lumu dkombinasikan dengan motif daun sirih agar lebih hidup dan berwarna.
Lumut yang biasanya berwarna hijau disulap jadi ungu, biru dengan gradasi abu-abu.
Lumut bisa ditemukan dengan mudah di Indonesia yang merupakan negara kepulauan membentang di garis khatulistiwa. Oleh karena itu, desain lumut ini juga menyimbolkan kesatuan antara pulau-pulau dan juga masyarakatnya.
Perancang kelahiran Makassar, 11 September 1968 itu mengatakan rancangannya dibuat lebih modern tanpa melupakan inti aslinya.
Bahan yang digunakan dalam koleksi ini adalah organdi, duchess dan ballotelli. Proses pengerjaannya relatif cepat, seluruhnya dibuat dalam waktu satu bulan.
Decy mulai terjun ke dunia mode pada 2011, tapi baru pada 2015 dia fokus ke motif asal Sulawesi Selatan, seperti Toraja, Bugis, Mandar.
Sebelumnya, karya Decy yang selalu mengangkat budaya Sulawesi juga pernah ditampilkan di Malaysia, Belanda dan New York.
Motif Toraja diboyong ke Dubai
2 April 2018 22:01 WIB
Rancangan Decy Ramona yang akan ditampilkan di International Fashion Week 2018 di Dubai (HO)
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: