Warga pulau Adonara keluhkan kelangkaan BBM
2 April 2018 11:31 WIB
Kelangkaan BBM Subsidi Pengumuman Bensin Habis dipasang di sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Depok, Jawa Barat, Senin (25/8). Kelangkaan BBM di sejumlah SPBU menyusul dilakukannya pengaturan BBM Bersubsidi agar sisa kuota BBM Bersubsidi cukup hingga akhir tahun akibat dipangkasnya kuota BBM Bersubsidi dalam APBN 2014 dari semula 48 juta KL menjadi 46 KL. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Pulau Adonara, NTT (ANTARA News) - Sejumlah warga masyarakat di Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minya (BBM) jenis bensin yang sudah berlangsung hingga dua pekan terakhir.
"Pasokan BBM jenis bensin sudah sangat langkah di Witihama dan sekitarnya, ini sudah berlangsung mulai memasuki liburan Paskah hingga hari ini," kata seorang warga Desa Lamablawa, Kecamatan Witihama, Armand Lamablawa (30), kepada Antara, Senin.
Ia mengemukakan, tidak hanya pasokan bensin di tingkat pedagang pengecer, namun beberapa layanan Pertamini yang beroperasi di Kecamatan Witihama mengalami kelangkaan stok BBM.
Kondisi kelangkaan ini, lanjutnya, telah membuat harga bensin di tingkat pengecer mengalami kenaikan secara drastis dari semula Rp8.000 hingga Rp15.000 per liter.
"Harga bensin di pengecer Rp8.000 per liter, karena mulai langkah jadi naik bertahap menjadi Rp10.000, kemudian naik Rp13.000, dan sekarang malah Rp15.000, itu pun untung-untung kita bisa dapat," katanya.
"Infromasi dari warga lain yang mencari bensin eceran di wilayah kecamatan tetangga, mereka bahkan mendapatkan harga per liter mencapai Rp20.000," katanya.
Seorang warga lainnya setempat, Awaludin Ata Goran (28), juga mengeluhkan kelangkaan bensin yang hampir selalu dialami setiap memasuki musim liburan hari raya keagamaan.
"Untuk mendapatkan bensin, sudah beberapa hari ini saya harus mencari eceran di Kecamatan Klubagolit, itu pun dengan harga Rp15.000 per liter," katanya.
Menurutnya, kebanyakan warga mengeluh karena pedagang pengecer secara sewenang-wenang menaikkan harga bensin secara drastis, meskipun warga tetap membelinya karena tidak memiliki pilihan lain.
"Kami terpaksa membeli karena kebutuhan meskipun harganya melonjak drastis, kalau harus mengantre di SPBU di Kota Waiwerang sangat sulit dan bisa sepanjang hari di sana, belum lagi jarak tempuh ke sana juga jauh," katanya.
Sementara itu, seorang warga lainnya Tupen Tokan menduga kuat kelangkaan bensin di daerah setempat akibat penimbunan yang dilakukan oknum-oknum pedagang atay pengecer.
"Sekarang tidak ada informasi kelangkaan BBM secara nasional dan pasokan di SPBU juga aman, tapi kenapa di tingkat pengecer langkah, ini yang dipertanyakan," katanya.
Menurutnya, kondisi kelangkaan bensin tersebut telah meresahkan warga hampir semua daerah di Pulau Adonara, namun ia menyayangkan belum cepat ditanggapi pemerintah daerah setempat.
"Seharusnya tiap menyambut liburan itu ada razia BBM dari pemerinrah dengan aparat terkait di tingkat pedagang pengecer untuk memastikan pasokan ke masyarakat tetap aman dan menghindari adanya penimbunan karena sangat rawan," katanya.
Ia berharap, ke depannya pihak pemerintah daerah setempat bersama Pertamina bisa berkoordinasi memperbanyak layanan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Pulau Adonara karena selama ini hanya mengandalkan yang tersedia di Kota Waiwerang dengan jarak tempuh cukup jauh.
"Pasokan BBM jenis bensin sudah sangat langkah di Witihama dan sekitarnya, ini sudah berlangsung mulai memasuki liburan Paskah hingga hari ini," kata seorang warga Desa Lamablawa, Kecamatan Witihama, Armand Lamablawa (30), kepada Antara, Senin.
Ia mengemukakan, tidak hanya pasokan bensin di tingkat pedagang pengecer, namun beberapa layanan Pertamini yang beroperasi di Kecamatan Witihama mengalami kelangkaan stok BBM.
Kondisi kelangkaan ini, lanjutnya, telah membuat harga bensin di tingkat pengecer mengalami kenaikan secara drastis dari semula Rp8.000 hingga Rp15.000 per liter.
"Harga bensin di pengecer Rp8.000 per liter, karena mulai langkah jadi naik bertahap menjadi Rp10.000, kemudian naik Rp13.000, dan sekarang malah Rp15.000, itu pun untung-untung kita bisa dapat," katanya.
"Infromasi dari warga lain yang mencari bensin eceran di wilayah kecamatan tetangga, mereka bahkan mendapatkan harga per liter mencapai Rp20.000," katanya.
Seorang warga lainnya setempat, Awaludin Ata Goran (28), juga mengeluhkan kelangkaan bensin yang hampir selalu dialami setiap memasuki musim liburan hari raya keagamaan.
"Untuk mendapatkan bensin, sudah beberapa hari ini saya harus mencari eceran di Kecamatan Klubagolit, itu pun dengan harga Rp15.000 per liter," katanya.
Menurutnya, kebanyakan warga mengeluh karena pedagang pengecer secara sewenang-wenang menaikkan harga bensin secara drastis, meskipun warga tetap membelinya karena tidak memiliki pilihan lain.
"Kami terpaksa membeli karena kebutuhan meskipun harganya melonjak drastis, kalau harus mengantre di SPBU di Kota Waiwerang sangat sulit dan bisa sepanjang hari di sana, belum lagi jarak tempuh ke sana juga jauh," katanya.
Sementara itu, seorang warga lainnya Tupen Tokan menduga kuat kelangkaan bensin di daerah setempat akibat penimbunan yang dilakukan oknum-oknum pedagang atay pengecer.
"Sekarang tidak ada informasi kelangkaan BBM secara nasional dan pasokan di SPBU juga aman, tapi kenapa di tingkat pengecer langkah, ini yang dipertanyakan," katanya.
Menurutnya, kondisi kelangkaan bensin tersebut telah meresahkan warga hampir semua daerah di Pulau Adonara, namun ia menyayangkan belum cepat ditanggapi pemerintah daerah setempat.
"Seharusnya tiap menyambut liburan itu ada razia BBM dari pemerinrah dengan aparat terkait di tingkat pedagang pengecer untuk memastikan pasokan ke masyarakat tetap aman dan menghindari adanya penimbunan karena sangat rawan," katanya.
Ia berharap, ke depannya pihak pemerintah daerah setempat bersama Pertamina bisa berkoordinasi memperbanyak layanan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Pulau Adonara karena selama ini hanya mengandalkan yang tersedia di Kota Waiwerang dengan jarak tempuh cukup jauh.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: