Kupang, NTT (ANTARA News) - Dinas Kelautan dan Perikanan NTT bersama World Wide Fund for Nature (WWF) akan memantau kembali keberadaan duyung di perairan laut sekitar Sulamu, Kabupaten Kupang.
"Tim DKP dan WWF akan melakukan penyelaman setelah hari raya Paskah. Kami ingin memastikan keberadaan ikan duyung di perairan Sulamu dan Pulau Kera," kata Kepala Seksi Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan DKP Provinsi NTT, Muhammad S Goro, di Kupang, Minggu.
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan tindaklanjut dari laporan nelayan yang menyebutkan bahwa, ada ikan duyung (Dugong dugon) di perairan perairan kawasan Sulamu dan Pulau Kera, di dekat Teluk Kupang, NTT.
Berdasarkan laporan nelayan, ikan duyung terlihat pada Januari-Februari 2018 di perairan Selatan Sulamu dan perairan selatan Pulau Kera, pada beberapa koordinat antara lain koordinat10003,645 LS/123035,384 BT dan 10005,726 LS/123033,333 BT.
Pada kedua koordinat tersebut, khusus di perairan laut sekitar Pulau Kera, masyarakat melihat ada duyung yang terluka.
Menurut dia, tim DKP-WWF sudah pernah turun ke lokasi dan menyelam, tetapi tidak melihat secara fisik ikan duyung di perairan itu.
Hanya saja, setelah tim melakukan penyelaman pada dua lokasi tersebut, berkesimpulan bahwa positif terdapat duyung yang mendiami wilayah perairan itu. Kesimpulan ini karena ada bekas jalur makan mamalia laut yang memakan jenis lamun sendok.
"Memang tidak terlihat jelas keberadaan duyung, tetapi di dasar perairan selatan Sulamu pada dua koordinat ini dominan ditumbuhi lamun sendok," katanya menjelaskan.
Jenis lamun ini merupakan jenis lamun yang sangat disukai duyung.
Begitupun pada dasar perairan selatan Pulau Kera di koordinat 10005.726 LS/123033.333 BT juga ditumbuhi jenis lamun sendok (Halovila ovalis), namun tidak dokuman atau bercampur dengan tumbuhan perairan lain.
Namun untuk memastikan keberadaan duyung itu, tim DKP-WWF sudah sepekat untuk menyelam pada pekan pertama April 2018 ini.
Keberadaan ikan duyung di Sulamu akan dipastikan
1 April 2018 14:54 WIB
Duyung. Foto menunjukkan mamalia air laut itu di perairan Pulau Bintan, Kepulauan Riau. (WWF)
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: