Tentara Suriah kuasai kembali sebagian besar Ghouta timur
1 April 2018 12:55 WIB
Dokumentasi seorang anak yang terluka terlihat di suatu rumah sakit darurat setelah serangan udara oleh pasukan yang loyal terhadap Presiden Suriah, Bashar al-Assad, di Douma Timur Al-Ghouta, dekat Damaskus, Suriah, Minggu (15/3). (REUTERS/Mohammed Badra)
Amman, Yordania (ANTARA New) - Komando tentara Suriah, Sabtu (31/3), menyatakan telah menguasai sebagian besar kota-kota dan desa-desa di Ghouta timur dan menekan operasi-operasi militernya di Douma, benteng terakhir pemberontak.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, juru bicara tentara Suriah menyatakan, kampanye selama beberapa pekan sekarang membawa keamanan ke Damaskus, ibu kota Suriah, dan juga menjamin jalur-jalur utama ke bagian-bagian lain negeri itu, membentang dari utara dan ke segala penjuru ke perbatasan Irak ke arah timur.
Kelompok terakhir pejuang dan keluarga sebelumnya meninggalkan kota-kota utama: Jobar, Zamalka, Arbeen dan Ain Tarma setelah jatuhnya kota-kota lain, meninggalkan hanya kota Douma yang masih berada di tangan pemberontak.
Siaran di televisi negara menunjukkan para panglima tinggi tentara memasuki rute sama yang konvoi-konvoi pemberontak telah gunakan untuk meninggalkan kota-kota itu.
Puluhan ribu orang sekarang telah meninggalkan kota-kota di pinggiran sebelah timur ibu kota Suriah, yang jumlahnya hampir 2 juta jiwa sebelum konflik terjadi dan merupakan pusat industri dan komersial.
Komando tentara mengatakan operasi-operasi militer berlanjut di pinggiran kota Douma, yang dikuasai kelompok Jaish al-Islam, kawasan di Ghouta timur yang masih dikuasai pemberontak.
Kejatuhan Douma akan menutup kekalahan terburuk pemberontak sejak tahun 2016, mengusir mereka dari benteng besar terakhir dekat ibu kota itu. Kota tersebut merupakan pusat utama protes-protes di jalan-jalan menentang pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang memicu konflik selama tujuh tahun.
Tentara menyatakan ratusan pemberontak telah dibunuh dalam ofensif yang pihak oposisi katakan melibatkan serangan-serangan udara dengan bom-bom kimia untuk menurunkan moral para pemberontak dengan menyasar kawasan-kawasan sipil.
Para pemberontak mengatakan pengeboman yang terus-menerus memaksa mereka untuk mencapai kesepakatan berdamai atau meninggalkan kawasan-kawasan yang dikuasai pemberontak setelah selama berminggu-minggu pengeboman dan pengepungan yang mencegah bala bantuan mencapai kawasan kantung itu.
Tentara Suriah berulang-ulang mengatakan penguasaan kembali wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak akan menghentikan serangan-serangan roket ke Damaskus.
Mereka membantah banyak warga sipil terbunuh dalam pengeboman yang para regu penolong dan warga katakan seluruh lingkungan mereka jadi reruntuhan. Sedikitnya 350.000 orang tinggal di wilayah padat tersebut.
Para analis pertahanan mengatakan tujuan utama dari ofensif itu ialah merampungkan sabuk keamanan di sekitar ibu kota, tempat selama bertahun-tahun para pemberontak menggali jejaring terowongan dan posisi pertahanan yang telah menahan ofensif untuk merebut kantung itu.
al-Asaad, baru-baru ini menjamin Ghouta timur, yang merupakan kawasan strategis untuk mempertahankan Damaskus, telah menggagalkan persekongkolan oleh musuh-musuh asingnya untuk menggulingkan dia.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, juru bicara tentara Suriah menyatakan, kampanye selama beberapa pekan sekarang membawa keamanan ke Damaskus, ibu kota Suriah, dan juga menjamin jalur-jalur utama ke bagian-bagian lain negeri itu, membentang dari utara dan ke segala penjuru ke perbatasan Irak ke arah timur.
Kelompok terakhir pejuang dan keluarga sebelumnya meninggalkan kota-kota utama: Jobar, Zamalka, Arbeen dan Ain Tarma setelah jatuhnya kota-kota lain, meninggalkan hanya kota Douma yang masih berada di tangan pemberontak.
Siaran di televisi negara menunjukkan para panglima tinggi tentara memasuki rute sama yang konvoi-konvoi pemberontak telah gunakan untuk meninggalkan kota-kota itu.
Puluhan ribu orang sekarang telah meninggalkan kota-kota di pinggiran sebelah timur ibu kota Suriah, yang jumlahnya hampir 2 juta jiwa sebelum konflik terjadi dan merupakan pusat industri dan komersial.
Komando tentara mengatakan operasi-operasi militer berlanjut di pinggiran kota Douma, yang dikuasai kelompok Jaish al-Islam, kawasan di Ghouta timur yang masih dikuasai pemberontak.
Kejatuhan Douma akan menutup kekalahan terburuk pemberontak sejak tahun 2016, mengusir mereka dari benteng besar terakhir dekat ibu kota itu. Kota tersebut merupakan pusat utama protes-protes di jalan-jalan menentang pemerintahan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang memicu konflik selama tujuh tahun.
Tentara menyatakan ratusan pemberontak telah dibunuh dalam ofensif yang pihak oposisi katakan melibatkan serangan-serangan udara dengan bom-bom kimia untuk menurunkan moral para pemberontak dengan menyasar kawasan-kawasan sipil.
Para pemberontak mengatakan pengeboman yang terus-menerus memaksa mereka untuk mencapai kesepakatan berdamai atau meninggalkan kawasan-kawasan yang dikuasai pemberontak setelah selama berminggu-minggu pengeboman dan pengepungan yang mencegah bala bantuan mencapai kawasan kantung itu.
Tentara Suriah berulang-ulang mengatakan penguasaan kembali wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak akan menghentikan serangan-serangan roket ke Damaskus.
Mereka membantah banyak warga sipil terbunuh dalam pengeboman yang para regu penolong dan warga katakan seluruh lingkungan mereka jadi reruntuhan. Sedikitnya 350.000 orang tinggal di wilayah padat tersebut.
Para analis pertahanan mengatakan tujuan utama dari ofensif itu ialah merampungkan sabuk keamanan di sekitar ibu kota, tempat selama bertahun-tahun para pemberontak menggali jejaring terowongan dan posisi pertahanan yang telah menahan ofensif untuk merebut kantung itu.
al-Asaad, baru-baru ini menjamin Ghouta timur, yang merupakan kawasan strategis untuk mempertahankan Damaskus, telah menggagalkan persekongkolan oleh musuh-musuh asingnya untuk menggulingkan dia.
Pewarta: SYSTEM
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: