Nono Sampono tentang potensi ekonomi Maluku Utara
1 April 2018 11:07 WIB
Pemandangan Gunung Gamalama terlihat dari kawasan objek wisata Danau Tolire Besar di Ternate, Maluku Utara, Minggu (28/12). Gunung berapi ini pernah diabadikan dalam mata uang rupiah. (ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua DPD, Letnan Jenderal TNI Marinir (Purnawirawan) Nono Sampono, berkata soal ekonomi Maluku Utara dan potensi-potensi yang menunggu dikembangkan. Dia mengingatkan masyarakat Maluku Utara terus mengembangkan potensi baru tentang ini, di antaranya ekonomi kreatif dan pariwisata.
"Provinsi Maluku Utara memiliki sektor pariwisata yang menarik dan khas sehingga dapat dikembangkan ekonomi kreatif," kata dia, saat menghadiri Festival Legu Gam Kie Raha 2018, di halaman Kesultanan Ternate, di Ternate, Maluku Utara, seperti dikutip melalui siaran persnya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Provinsi Maluku Utara, kata bekas komandan Pasukan Pengamanan Presiden Markas Besar TNI ini, sebagai provinsi kepulauan agak sulit dijangkau karena bentuk gografisnya, tapi Maluku Utara memiliku sektor pariwisata yang menarik dan khas.
Anggota DPD dari Provinsi Maluku Utara ini menjelaskan, Maluku Utara memiliki warisan beberapa kesultanan, salah satunya Kesultanan Ternate, yang tetap terpelihara sampai sekarang.
Kompleks kesultanan di Maluku Utara, menurut dia, merupakan bentuk wisata budaya dan wisata religi, serta dapat menjadi pusat pendidikan budaya. "Potensi ini dapat dikemas menjadi ekonomi kreatif," kata dia, di halaman Kesultanan Ternate.
Maluku dan Maluku Utara, kata dia, pada abad ke-12 hingga abad ke-17 menjadi incaran penjajah Belanda maupun bangsa Arab dan Cina untuk mencari rempah-rempah.
Potensi ekonomi dari perkebunan rempah-rempah itu, kata dia, saat ini sudah bergeser menjadi potensi wisata.
Pada kesempatan itu, Sampono juga menjelaskan, DPD RI saat ini sedang menyiapkan RUU tentang Provinsi Kepulauan. "RUU ini di khususkan kepada daerah provinsi dan kabupaten berbasis kepulauan di Indonesia, agar negara memberikan pengakuan terhadap kekhasan itu," katanya.
Maluku Utara juga bernilai sangat strategis dari sisi pertahanan fisik. Pada Perang Dunia II, Sekutu di Asia Pasifik di bawah komando puncak di tangan Jenderal Douglas MacArthur, memiliki pangkalan udara dengan jumlah landas pacu banyak, yaitu hingga tujuh landas pacu, di Pulau Morotai.
Landas pacu dan fasilitas pendukung yang tersisa masih dapat dijumpai secara cukup baik, dan ini sangat potensial dikembangkan menjadi wisata tematik sejarah dan kebudayaan.
"Provinsi Maluku Utara memiliki sektor pariwisata yang menarik dan khas sehingga dapat dikembangkan ekonomi kreatif," kata dia, saat menghadiri Festival Legu Gam Kie Raha 2018, di halaman Kesultanan Ternate, di Ternate, Maluku Utara, seperti dikutip melalui siaran persnya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Provinsi Maluku Utara, kata bekas komandan Pasukan Pengamanan Presiden Markas Besar TNI ini, sebagai provinsi kepulauan agak sulit dijangkau karena bentuk gografisnya, tapi Maluku Utara memiliku sektor pariwisata yang menarik dan khas.
Anggota DPD dari Provinsi Maluku Utara ini menjelaskan, Maluku Utara memiliki warisan beberapa kesultanan, salah satunya Kesultanan Ternate, yang tetap terpelihara sampai sekarang.
Kompleks kesultanan di Maluku Utara, menurut dia, merupakan bentuk wisata budaya dan wisata religi, serta dapat menjadi pusat pendidikan budaya. "Potensi ini dapat dikemas menjadi ekonomi kreatif," kata dia, di halaman Kesultanan Ternate.
Maluku dan Maluku Utara, kata dia, pada abad ke-12 hingga abad ke-17 menjadi incaran penjajah Belanda maupun bangsa Arab dan Cina untuk mencari rempah-rempah.
Potensi ekonomi dari perkebunan rempah-rempah itu, kata dia, saat ini sudah bergeser menjadi potensi wisata.
Pada kesempatan itu, Sampono juga menjelaskan, DPD RI saat ini sedang menyiapkan RUU tentang Provinsi Kepulauan. "RUU ini di khususkan kepada daerah provinsi dan kabupaten berbasis kepulauan di Indonesia, agar negara memberikan pengakuan terhadap kekhasan itu," katanya.
Maluku Utara juga bernilai sangat strategis dari sisi pertahanan fisik. Pada Perang Dunia II, Sekutu di Asia Pasifik di bawah komando puncak di tangan Jenderal Douglas MacArthur, memiliki pangkalan udara dengan jumlah landas pacu banyak, yaitu hingga tujuh landas pacu, di Pulau Morotai.
Landas pacu dan fasilitas pendukung yang tersisa masih dapat dijumpai secara cukup baik, dan ini sangat potensial dikembangkan menjadi wisata tematik sejarah dan kebudayaan.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: