Jumat Agung di Larantuka masuk kalender wisata rohani nasional
27 Maret 2018 06:47 WIB
Dokumentasi Jalan Sejumlah umat Katolik mengikuti prosesi Jalan Salib Jumat Agung di Taman Doa Tuan Meninu Larantuka, Flores Timur, NTT Jumat (25/3/2016). Prosesi Jalan Salib tersebut bermaksud untuk mengenang kembali kisah sengsara Yesus Kristus saat memikul salib ke bukit Golgota hingga wafat di Kayu Salib. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)
Kupang (ANTARA News) - Sekretaris Dinas Priwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Wely Rohimone mengatakan prosesi Jumat Agung di Kota Reinha Larantuka sudah ditetapkan sebagai salah satu event pariwisata rohani di Indonesia.
"Sudah jadi kelender pariwisata, dan secara nasional seluruh Indonesia diliburkan pada setiap tahun pelaksanaan prosesi Jumat Agung," kata Wely Rohimone kepada Antara di Kupang, Selasa, terkait Jumat Agung.
Menurut dia, penetapan Jumat Agung sebagai salah satu wisata rohani di Indonesia ini, sudah berlangsung lama berdasarkan usulan Pemerintah Provinsi NTT.
Setelah ditetapkan sebagai wisata rohani, Pemerintah Provinsi NTT selama beberapa tahun berturut-turut memberikan bantuan dana untuk rehabilitasi, minimal satu kamar tidur beserta kamar mandi/wc di rumah warga.
Tujuannya adalah bisa menjadi tempat penginapan bagi para peziarah yang datang dari berbagai penjuru dunia, walaupun dengan harga yang murah.
Menurut dia, rumah-rumah yang menyediakan kamar tidur, semuanya terdaftar di Dinas Pariwisata Flores Timur dan pihak dinaslah yang menawarkan kepada pendatang.
"Jadi Pemerintah NTT juga memberikan bantuan pemberdayaan kepada masyarakat, sehingga ada manfaat ekonomi untuk masyarakat di daerah," katanya.
Prosesi Jumat Agung yang tahun ini akan jatuh pada 30 Maret 2018 itu, merupakan sebuah tradisi sakral dalam agama Katolik untuk memperingati wafatnya Yesus Kristus, di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur yang telah dilaksanakan sejak 500 tahun lampau.
Tradisi keagamaan yang merupakan warisan Portugis itu, sudah berlangsung lebih dari 500 tahun ketika bangsa Portugis menyebarkan agama Katolik dan berdagang cendana di Kepulauan Nusa Tenggara. Prosesi Jumat Agung itu diawali dari perayaan Rabu Trewa.
"Sudah jadi kelender pariwisata, dan secara nasional seluruh Indonesia diliburkan pada setiap tahun pelaksanaan prosesi Jumat Agung," kata Wely Rohimone kepada Antara di Kupang, Selasa, terkait Jumat Agung.
Menurut dia, penetapan Jumat Agung sebagai salah satu wisata rohani di Indonesia ini, sudah berlangsung lama berdasarkan usulan Pemerintah Provinsi NTT.
Setelah ditetapkan sebagai wisata rohani, Pemerintah Provinsi NTT selama beberapa tahun berturut-turut memberikan bantuan dana untuk rehabilitasi, minimal satu kamar tidur beserta kamar mandi/wc di rumah warga.
Tujuannya adalah bisa menjadi tempat penginapan bagi para peziarah yang datang dari berbagai penjuru dunia, walaupun dengan harga yang murah.
Menurut dia, rumah-rumah yang menyediakan kamar tidur, semuanya terdaftar di Dinas Pariwisata Flores Timur dan pihak dinaslah yang menawarkan kepada pendatang.
"Jadi Pemerintah NTT juga memberikan bantuan pemberdayaan kepada masyarakat, sehingga ada manfaat ekonomi untuk masyarakat di daerah," katanya.
Prosesi Jumat Agung yang tahun ini akan jatuh pada 30 Maret 2018 itu, merupakan sebuah tradisi sakral dalam agama Katolik untuk memperingati wafatnya Yesus Kristus, di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur yang telah dilaksanakan sejak 500 tahun lampau.
Tradisi keagamaan yang merupakan warisan Portugis itu, sudah berlangsung lebih dari 500 tahun ketika bangsa Portugis menyebarkan agama Katolik dan berdagang cendana di Kepulauan Nusa Tenggara. Prosesi Jumat Agung itu diawali dari perayaan Rabu Trewa.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: