Medan (ANTARA News) - PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional 1 Sumatera Utara mengoperasikan Kereta Api Premium Sribillah rute Medan-Rantauprapat mulai Sabtu untuk meningkatkan pelayanan kepada penumpang.

"KA Sribilah premium yang dilengkapi fasilitas mewah tetapi dengan tarif relatif murah tersebut diharapkan bisa semakin menarik minat penumpang," ujar Vice President PT KAI (Persero) Divre 1 Sumut, Rusi Haryono di Medan, Sabtu.

Usai peresmian pengoperasian KA Sribilah yang diberangkatkan pukul 10.26 WIB, menurut Rusi, kereta dengan 9 gerbong (8 gerbong penumpang dan satu kereta mesin pembangkit itu) memiliki kelebihan dibanding kelas bisnis maupun kelas ekonomi yang beroperasi saat ini.

Di setiap gerbong dengan kapasitas 80 penumpang itu misalnya dilengkapi tiga televisi.

Desain interior dan fasilitas juga mewah seperti ada AC, lampu baca, kursi/tempat duduk yang bisa distel dan dilengkapi CCTV untuk memastikan keamanan penumpang.

"Fasilitas tidak berbeda jauh dengan yang ada di kereta api kelas eksekutif sehingga bisa disebut Sribilah premium merupakan kereta api rasa eksekutif, tapi harga ekonomi," ujar Rusi.

Apalagi, kata dia yang didampingi Manajer Humas Sapto Hartoyo, harga tiket KA Sribillah premium itu hanya Rp100.000 per orang atau lebih murah dibandingkan dengan harga tiket KA Sribilah dengan rangkaian kelas bisnis yang sebelumnya Rp135.000.

"Manajemen KAI berharap KA Sribillah premium itu bisa memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat di rute Medan - Rantauprapat khususnya untuk menyambut Ramdhan dan Idul Fitri," katanya.

Rusi mengakui, selama ini rute Medan-Rantauprapat itu menjadi salah satu transportasi yang paling diminati masyarakat Sumut.

Kepala bidang Perkeretapian dan Pengembangan Dinas Perhubungan Sumut, Agustinus Panjaitan menyebutkan adanya KA Sribilah premium sangat diapresiasi karena bisa semakin menarik minat masyarakat menggunakan kereta api.

Menurut dia, Pemerintah Provinsi Sumut memang berharap masyarakat bisa semakin banyak menggunakan sarana transportasi kereta api.

Keinginan itu mengacu pada melihat kondisi beban jalan raya yang semakin berat akibat terus bertambahnya jumlah kendaraan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk.