Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk akan tetap melanjutkan rencana pendirian anak usaha sesuai dengan rencana bisnis perbankan melalui mekanisme penyertaan modal yang akan dilakukan pada bidang pembiayaan, manajemen investasi dan asuransi.

"Rencana tersebut tetap berjalan dan untuk permulaan kita bisa melakukan kerjasama bisnis sambil menanti pendirian holding BUMN perbankan," ujar Dirut BTN Maryono di Jakarta, Jumat.

Sementara itu, Direktur Finance & Treasury BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan, terkait perusahaan pembiayaan, pihaknya akan mengawali dengan kerjasama bisnis terlebih dahulu. Begitu juga dengan perusahaan manajer investasi atau MI.

"Sedangkan untuk asuransi, kita masih menunggu holding yang akan dilakukan BUMN dulu," ujar Iman.

Terkait dengan bisnis BTN sendiri, sesuai dengan strateginya untuk penguatan bisnis KPR, Bank BTN menargetkan bisa meraih dana segar dari Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk meluluskan target Program Sejuta Rumah.

Tahun ini, Bank BTN menargetkan pembiayaan perumahan sebanyak 750.000 unit.

Seperti diberitakan, Bank BTN kembali mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk turut serta dalam menyalurkan dana FLPP untuk membiayai ekspansi KPR Subsidi.

Tahun ini, Bank yang menguasai 36,30 persen pangsa pasar KPR ini aktif menjemput bola dengan menggandeng perusahaan yang memayungi Masyarakat Berpenghasilan Rendah untuk menabung di Bank BTN baik lembaga pemerintah maupun swasta.

Mengawali tahun ini, Bank BTN juga berada di koridor yang tepat untuk menjemput target-target kinerja. Per Februari 2018, bank dengan kode saham BBTN ini mencatatkan posisi penyaluran kredit sebesar Rp197,45 triliun atau tumbuh 18, 89 persen dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp166,08 triliun.

Selain kredit, DPK Bank BTN juga tumbuh kencang seiring dengan makin banyaknya program tabungan, diantaranya Super Untung Jaman Now. Posisi Per Februari 2018 DPK Bank BTN menembus Rp189,26 triliun atau tumbuh sekitar 20,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp156,56 triliun.

"Dengan pencapaian tersebut, aset kami juga melejit 19,52 persen dibandingkan Februari tahun lalu menjadi sebesar Rp254,65 triliun," ujar Maryono.