Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak melemah sebesar 45 poin menjadi Rp13.753 dibanding posisi sebelumnya Rp13.708 per dolar Amerika Serikat.

"Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat cenderung masih bergerak dalam area negatif, namun relatif terbatas mengingat ada penjagaan dari Bank Indonesia," ujar analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong, di Jakarta, Kamis.

Ia mengemukakan, sebagian pelaku pasar uang cenderung menahan diri untuk masuk ke negara berkembang mengingat imbal hasil yang ditawarkan Amerika Serikat meningkat pasca pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang memutuskan untuk menaikan suku bunganya (Fed Fund Rate/FFR) sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 persen.

Namun, ia mengatakan bahwa pergerakan dolar Amerika Serikat juga masih dibayangi oleh kekhawatiran perang dagang akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait tarif baru terhadap barang dari Tiongkok.

"Kebijakan proteksionis yang diterapkan Amerika Serikat dapat menahan laju ekonominya, kondisi itu turut menyebabkan dolar Amerika Serikat tertahan apresiasinya," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut dia, fundamental ekonomi Indonesia relatif masih kondusif, dengan demikian potensi pembalikan arah mata uang rupiah ke area positif masih cukup terbuka.

Global Head of Currency Strategy and Market Research FXTM, Jameel Ahmad menambahkan bahwa rupiah tetap stabil terhadap dolar Amerika Serikat, meskipun The Fed menaikkan suku bunganya, hal itu karena pelaku pasar sudah melakukan price in terhadap kebijakan itu.

Di sisi lain, lanjut dia, kepercayaan terhadap dolar Amerika Serikat juga cenderung menurun ketika The Fed memberi sinyal untuk tidak menaikkan suku bunga Amerika Serikat sebanyak empat kali pada tahun ini.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (22/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.737 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.759 per dolar Amerika Serikat.