Kemenhub puas kemajuan pembangunan Bandara Ahmad Yani
22 Maret 2018 18:17 WIB
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (tengah) bersama Menteri BUMN Rini Soemarno (kedua kanan), Dirut PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi (kiri), meninjau lokasi proyek pembangunan Terminal Bandara Baru Ahmad Yani sebelum Topping Off atau penutupan atap bandara tersebut di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (11/2/2018). \ (ANTARA FOTO/Aji Styawan)
Semarang (ANTARA News) - Kementerian Perhubungan menilai kemajuan pembangunan Bandara Ahmad Yani Semarang sesuai target dan diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan lonjakan penumpang yang terjadi saat ini.
"Bandara ini sudah tak layak lagi menampung penumpang, sementara kapasitas bangunan bandara terbatas sehingga perlu dibangun yang baru," kata Sekjen Kementerian Perhubungan Sugihardjo kepada pers di Semarang, Kamis.
Hal itu disampaikan saat dirinya meninjau pembangunan terminal baru Bandara Internasional Ahmad Yani, Semarang.
Menurutnya, luas terminal Bandara Ahmad Yani saat ini 5.800 meter persegi dengan kapasitas penumpang 800 ribu penumpang per tahun.
Tapi kondisi yang ada saat ini bandara tersebut setiap tahun mencapai 4,4 juta orang per tahun.
Melihat kondisi seperti itu, Sekjen mengatakan pemerintah membangun terminal bandara itu seluas 58.000 meter persegi yang mampu menampung penumpang enam juta per tahun.
"Proyek pembangunan Bandara Ahmad Yani merupakan salah satu Program Strategis Nasional atau PSN yang menjadi prioritas untuk melayani masyarakat," katanya.
Sekjen dalam kesempatan itu mengingatkan agar material yang digunakan untuk bangunan bandara itu digunakan yang berkualitas tahan lama dan aman mengingat merupakan gedung publik.
"Kaca dan lantai misalnya harus dipilih yang berkualitas agar aman untuk publik," katanya.
Direktur Operasional PT Angkasa Pura I Wendo Asrul Rose, mengatakan proses pembangunan terminal baru Bandara Ahmad Yani saat ini terus dilakukan agar penyelesaiannnya sesuai target.
Untuk Paket I yang mencakup akses jalan menuju terminal baru, katanya, sudah selesai 100 persen. Demikian juga Paket II yang mencakup jalan penghubung antara landas pacu dengan pelataran pesawat juga sudah selesai 100 persen.
"Sementara Paket III yang terdiri sari terminal penumpang selesai 63 persen dan Paket IV baru selesai 10 persen," katanya.
Saat jelang Lebaran tahun ini, katanya, diharapkan terminal varu tersebut sudah bisa digunakan untuk arus mudik dan balik sekalipun keseluruhan penyelesaian belum 100 persen.
Tentunya, katanya, sebelum bisa dioperasionalkan bandara itu akan dilakukan verifikasi antara lain oleh Kementerian Perhubungan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan sesuai aturan berlaku.
Luasan apron terminal baru mencapai 72.522 meter persegi yang dapat menampung 13 pesawat narrow body atau konfigurasi 10 pesawat narrow body dan 2 pesawat wide body kargo.
Bandara Ahmad Yani nantinya diposisikan sebagai bandara bisnis dan industri.
Bandara itu mengusung konsep bandara terapung yang dipadukan dengan konsep "eco-green airport" sehingga menjadikan bandara ini sebagai bandara dengan terminal terapung pertama di Indonesia.
Disebutkan sebagai bandara terapung karena terminal baru Bandara Ahmad Yani dibangun di atas lahan lunak dan sebagian besar berair dengan menggunakan tiang pancang dan metode prefabricated vertical drain (PVD) untuk memadatkan lahan lunak tersebut.
PVD sendiri merupakan sistem drainase buatan yang dipasang di dalam lapisan tanah lunak.
"Bandara ini sudah tak layak lagi menampung penumpang, sementara kapasitas bangunan bandara terbatas sehingga perlu dibangun yang baru," kata Sekjen Kementerian Perhubungan Sugihardjo kepada pers di Semarang, Kamis.
Hal itu disampaikan saat dirinya meninjau pembangunan terminal baru Bandara Internasional Ahmad Yani, Semarang.
Menurutnya, luas terminal Bandara Ahmad Yani saat ini 5.800 meter persegi dengan kapasitas penumpang 800 ribu penumpang per tahun.
Tapi kondisi yang ada saat ini bandara tersebut setiap tahun mencapai 4,4 juta orang per tahun.
Melihat kondisi seperti itu, Sekjen mengatakan pemerintah membangun terminal bandara itu seluas 58.000 meter persegi yang mampu menampung penumpang enam juta per tahun.
"Proyek pembangunan Bandara Ahmad Yani merupakan salah satu Program Strategis Nasional atau PSN yang menjadi prioritas untuk melayani masyarakat," katanya.
Sekjen dalam kesempatan itu mengingatkan agar material yang digunakan untuk bangunan bandara itu digunakan yang berkualitas tahan lama dan aman mengingat merupakan gedung publik.
"Kaca dan lantai misalnya harus dipilih yang berkualitas agar aman untuk publik," katanya.
Direktur Operasional PT Angkasa Pura I Wendo Asrul Rose, mengatakan proses pembangunan terminal baru Bandara Ahmad Yani saat ini terus dilakukan agar penyelesaiannnya sesuai target.
Untuk Paket I yang mencakup akses jalan menuju terminal baru, katanya, sudah selesai 100 persen. Demikian juga Paket II yang mencakup jalan penghubung antara landas pacu dengan pelataran pesawat juga sudah selesai 100 persen.
"Sementara Paket III yang terdiri sari terminal penumpang selesai 63 persen dan Paket IV baru selesai 10 persen," katanya.
Saat jelang Lebaran tahun ini, katanya, diharapkan terminal varu tersebut sudah bisa digunakan untuk arus mudik dan balik sekalipun keseluruhan penyelesaian belum 100 persen.
Tentunya, katanya, sebelum bisa dioperasionalkan bandara itu akan dilakukan verifikasi antara lain oleh Kementerian Perhubungan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan sesuai aturan berlaku.
Luasan apron terminal baru mencapai 72.522 meter persegi yang dapat menampung 13 pesawat narrow body atau konfigurasi 10 pesawat narrow body dan 2 pesawat wide body kargo.
Bandara Ahmad Yani nantinya diposisikan sebagai bandara bisnis dan industri.
Bandara itu mengusung konsep bandara terapung yang dipadukan dengan konsep "eco-green airport" sehingga menjadikan bandara ini sebagai bandara dengan terminal terapung pertama di Indonesia.
Disebutkan sebagai bandara terapung karena terminal baru Bandara Ahmad Yani dibangun di atas lahan lunak dan sebagian besar berair dengan menggunakan tiang pancang dan metode prefabricated vertical drain (PVD) untuk memadatkan lahan lunak tersebut.
PVD sendiri merupakan sistem drainase buatan yang dipasang di dalam lapisan tanah lunak.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: