Berlin (ANTARA News) - Negara-negara kawasan euro dapat mengambil manfaat dari kenaikan suku bunga di AS dalam jangka pendek, demikian menurut sebuah studi yang dirilis oleh Lembaga Penelitian Ekonomi Jerman (DIW Berlin) pada Rabu (21/3).

DIW Berlin menyatakan kenaikan suku bunga AS berjalan seiring dengan apresiasi dolar AS, yang secara otomatis mengarah pada devaluasi euro terhadap dolar AS.

Berkat devaluasi euro, ekspor negara-negara kawasan euro akan naik sejauh bahwa mereka mampu overcompensate untuk dampak permintaan negatif dari Amerika Serikat, catatnya.

Peningkatan permintaan ekspor yang disebabkan oleh devaluasi euro akan dapat memicu efek ekspansif jangka pendek, sebelum kenaikan suku bunga dihambat ekspansi di kawasan euro dan memperlambat momentum ekonomi, menurut "think tank" yang berbasis di Berlin.

"Efek positif hanya akan bersifat sementara. Namun temuan kami akan mengurangi kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga acuan AS akan menghasilkan efek spillover dan melemahkan kawasan euro secara ekonomi," kata ekonom DIW, Max Hanisch seperti dilaporkan Xinhua.

Sementara itu, DIW juga menyatakan bahwa studi DIW adalah analisis struktural empiris yang meneliti hubungan rata-rata antara kebijakan moneter AS dan negara-negara kawasan euro yang berlaku antara 1999 hingga 2015. Selain kebijakan moneter, sejumlah variabel lain dapat mempengaruhi ekonomi di area euro dan nilai tukar.

(UU.A026)