Presiden terima penyumbang dana pembelian pesawat Seulawah
21 Maret 2018 21:59 WIB
Presiden Joko Widodo menerima Nyak Sandang,salah satu penyumbang dana untuk pembelian pesawat pertama setelah Indonesia merdeka yaitu Seulawah R-001 dan Seulawah R-002, di Istana Merdeka Jakarta, Rabu petang (21/03/2018). (Biro Pers Setpres)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menerima Nyak Sandang, salah satu penyumbang dana untuk pembelian pesawat pertama setelah Indonesia merdeka yaitu Seulawah R-001 dan Seulawah R-002.
Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu, menyebutkan keinginan Nyak Sandang untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo akhirnya terwujud. Presiden menerima Nyak Sandang di Istana Merdeka pada Rabu petang sekitar pukul 18.25 WIB.
Nyak Sandang datang ditemani oleh dua orang anaknya, Maturidi dan Khaidar. Mereka terbang dari Aceh pada Selasa (20/3).
"Ini Pak Jokowi, Ayah. Dia senang sekali bisa bertemu Presiden," kata Maturidi menerjemahkan Nyak Sandang yang selama berbincang dengan Presiden menggunakan bahasa Aceh.
Dalam pertemuannya dengan Kepala Negara, Nyak Sandang pun mengutarakan beberapa permohonan kepada Presiden. Salah satunya mengenai bantuan untuk operasi katarak.
"Baik nanti saya uruskan untuk kataraknya. Katarak kan operasi ringan, besok tolong dicek ke rumah sakit untuk kataraknya," jawab Presiden.
Selain itu, Nyak Sandang yang berusia 91 tahun pun meminta agar dibuatkan masjid di kampungnya di Lamno, Aceh. Presiden pun menjawab bahwa nanti akan dikirimkan tim untuk mengecek kondisi di sana.
Permintaannya yang ketiga adalah untuk menunaikan ibadah haji. "Ingin naik haji. Kalau bisa tahun ini, karena sudah tua," lanjut Maturidi.
Terkait hal ini, Presiden mengatakan bahwa dirinya akan mengupayakannya dan berkoordinasi dengan Menteri Agama. Sambil menunggu kepastian keberangkatan haji, Presiden pun menawarkan untuk umroh terlebih dahulu.
"Mengingat haji kan ada antriannya, nanti saya bicarakan dengan Menteri Agama," kata Presiden.
Nyak Sandang kemudian menunjukkan bukti obligasi Pemerintah Indonesia tahun 1950 yang dimilikinya kepada Presiden.
Nyak Sandang adalah salah satu orang yang ikut andil menyumbangkan harta kekayaannya untuk membeli pesawat pertama Indonesia.
Hal itu berawal dari tahun 1948 saat Presiden Sukarno berkunjung ke tanah Aceh guna mencari dana untuk pembelian pesawat pertama setelah Indonesia merdeka.
Nyak Sandang yang kala itu berusia 23 tahun bersama orang tuanya menjual sepetak tanah dan 10 gram emas. Hartanya yang dihargai Rp100 pun diserahkan kepada negara.
Presiden Sukarno pun menerima sumbangan dari masyarakat Aceh sebanyak SGD 120 ribu dan 20 kg emas murni untuk membeli dua pesawat terbang yang diberi nama Seulawah R-001 dan Seulawah R-002. Dua pesawat tersebut merupakan cikal bakal Maskapai Garuda Indonesia Airways.
Di penghujung perbincangan, Nyak Sandang pun berterima kasih kepada Presiden.
"Terima kasih Bapak Presiden sudah punya waktu untuk kami," ungkap Nyak Sandang.
Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu, menyebutkan keinginan Nyak Sandang untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo akhirnya terwujud. Presiden menerima Nyak Sandang di Istana Merdeka pada Rabu petang sekitar pukul 18.25 WIB.
Nyak Sandang datang ditemani oleh dua orang anaknya, Maturidi dan Khaidar. Mereka terbang dari Aceh pada Selasa (20/3).
"Ini Pak Jokowi, Ayah. Dia senang sekali bisa bertemu Presiden," kata Maturidi menerjemahkan Nyak Sandang yang selama berbincang dengan Presiden menggunakan bahasa Aceh.
Dalam pertemuannya dengan Kepala Negara, Nyak Sandang pun mengutarakan beberapa permohonan kepada Presiden. Salah satunya mengenai bantuan untuk operasi katarak.
"Baik nanti saya uruskan untuk kataraknya. Katarak kan operasi ringan, besok tolong dicek ke rumah sakit untuk kataraknya," jawab Presiden.
Selain itu, Nyak Sandang yang berusia 91 tahun pun meminta agar dibuatkan masjid di kampungnya di Lamno, Aceh. Presiden pun menjawab bahwa nanti akan dikirimkan tim untuk mengecek kondisi di sana.
Permintaannya yang ketiga adalah untuk menunaikan ibadah haji. "Ingin naik haji. Kalau bisa tahun ini, karena sudah tua," lanjut Maturidi.
Terkait hal ini, Presiden mengatakan bahwa dirinya akan mengupayakannya dan berkoordinasi dengan Menteri Agama. Sambil menunggu kepastian keberangkatan haji, Presiden pun menawarkan untuk umroh terlebih dahulu.
"Mengingat haji kan ada antriannya, nanti saya bicarakan dengan Menteri Agama," kata Presiden.
Nyak Sandang kemudian menunjukkan bukti obligasi Pemerintah Indonesia tahun 1950 yang dimilikinya kepada Presiden.
Nyak Sandang adalah salah satu orang yang ikut andil menyumbangkan harta kekayaannya untuk membeli pesawat pertama Indonesia.
Hal itu berawal dari tahun 1948 saat Presiden Sukarno berkunjung ke tanah Aceh guna mencari dana untuk pembelian pesawat pertama setelah Indonesia merdeka.
Nyak Sandang yang kala itu berusia 23 tahun bersama orang tuanya menjual sepetak tanah dan 10 gram emas. Hartanya yang dihargai Rp100 pun diserahkan kepada negara.
Presiden Sukarno pun menerima sumbangan dari masyarakat Aceh sebanyak SGD 120 ribu dan 20 kg emas murni untuk membeli dua pesawat terbang yang diberi nama Seulawah R-001 dan Seulawah R-002. Dua pesawat tersebut merupakan cikal bakal Maskapai Garuda Indonesia Airways.
Di penghujung perbincangan, Nyak Sandang pun berterima kasih kepada Presiden.
"Terima kasih Bapak Presiden sudah punya waktu untuk kami," ungkap Nyak Sandang.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: