Suhu di Gorontalo capai 34 derajat saat equinox
21 Maret 2018 21:20 WIB
Fenomena Equinox Petugas mengukur intensitas radiasi matahari menggunakan Aktinograf saat terjadi fenomena Equinox di kantor Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, Bali, Rabu (21/3/2017). Menurut BMKG, fenomena Equinox saat posisi semu matahari tepat di atas garis khatulistiwa tidak mengakibatkan peningkatkan suhu udara drastis di Indonesia dengan suhu rata-rata berkisar 33-35 derajat Celsius. (ANTARA /Fikri Yusuf)
Gorontalo (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Gorontalo mencatat suhu udara di Gorontalo mencapai 34 derajat Celsius saat fenomena equinox terjadi, Rabu.
Prakirawan BMKG Gorontalo, Fathuri mengatakan Equinox adalah peristiwa astronomi dimana matahari melintasi garis khatulistiwa dan terjadi pada tanggal 21 dan 22 Maret serta 22-23 September.
"Gorontalo sendiri merupakan daerah yang dekat dengan garis khatulistiwa sehingga fenomena equinox tersebut bisa diamati saat matahari berada di atas kepala," ujarnya.
Untuk suhu udara sendiri, kata Fathuri tergantung pada saat musim dan untuk Gorontalo pada bulan Maret saat ini sedang ada jeda musim tidak ada hujan jadi suhunya sedikit lebih panas ditambah dengan fenomena Equinox.
"Suhu udara di Gorontalo saat ini mencapai 34 derajat Celsius dan tidak masuk dalam suhu ekstrim. Tapi Gorontalo pernah mengalami suhu panas ekstrim pada bulan Maret tahun 1982 mencapai 37,6 derajat," ungkap dia.
Ia mengimbau kepada masyarakat Gorontalo agar tidak perlu khawatir berlebihan, tapi jika pada siang hari tidak ada awan dan panas menyengat sebaiknya tidak lama-lama berada di luar.
"Atau menggunakan pelindung seperti topi atau payung dan banyak minum air untuk menghindari dehidrasi," ucap dia.
Fathuri menjelaskan bahwa untuk gelombang panas di Indonesia sendiri tidak signifikan karena didominasi lautan dan daratan, dan tidak seperti di Afrika dan Timur Tengah.
"Pada Kamis, esok hari pukul 11.54 Wita, jika kita berdiri maka bayangan tidak akan terlihat karena matahari berada tepat diatas kepala kita," kata dia, lagi.
Prakirawan BMKG Gorontalo, Fathuri mengatakan Equinox adalah peristiwa astronomi dimana matahari melintasi garis khatulistiwa dan terjadi pada tanggal 21 dan 22 Maret serta 22-23 September.
"Gorontalo sendiri merupakan daerah yang dekat dengan garis khatulistiwa sehingga fenomena equinox tersebut bisa diamati saat matahari berada di atas kepala," ujarnya.
Untuk suhu udara sendiri, kata Fathuri tergantung pada saat musim dan untuk Gorontalo pada bulan Maret saat ini sedang ada jeda musim tidak ada hujan jadi suhunya sedikit lebih panas ditambah dengan fenomena Equinox.
"Suhu udara di Gorontalo saat ini mencapai 34 derajat Celsius dan tidak masuk dalam suhu ekstrim. Tapi Gorontalo pernah mengalami suhu panas ekstrim pada bulan Maret tahun 1982 mencapai 37,6 derajat," ungkap dia.
Ia mengimbau kepada masyarakat Gorontalo agar tidak perlu khawatir berlebihan, tapi jika pada siang hari tidak ada awan dan panas menyengat sebaiknya tidak lama-lama berada di luar.
"Atau menggunakan pelindung seperti topi atau payung dan banyak minum air untuk menghindari dehidrasi," ucap dia.
Fathuri menjelaskan bahwa untuk gelombang panas di Indonesia sendiri tidak signifikan karena didominasi lautan dan daratan, dan tidak seperti di Afrika dan Timur Tengah.
"Pada Kamis, esok hari pukul 11.54 Wita, jika kita berdiri maka bayangan tidak akan terlihat karena matahari berada tepat diatas kepala kita," kata dia, lagi.
Pewarta: Adiwinata Solihin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: