Sana`a (ANTARA News) - Wabah kolera, yang menyerang hampir satu juta orang di Yaman tahun lalu, dikhawatirkan muncul lagi pada musim hujan tahun ini, demikian laporan Komite Palang Merah Internasional (ICRC).

Juru Bicara ICRC Adnan Hizam mengatakan ada kekhawatiran yang meningkat bahwa wabah tersebut, yang menewaskan 2.000 orang tahun lalu, dapat menyebar lagi dalam waktu beberapa pekan selama musim hujan mendatang.

"Perang yang berkecamuk dan ambruknya sistem kesehatan meningkatkan dugaan mengenai lonjakan baru penularan kolera," kata Hizam di Ibu Kota Yaman, Sana`a, kepada kantor berita Xinhua China, Selasa (20/3).

Hizam mengatakan turunnya jumlah penularan koleras tidak berarti wabah itu sudah berakhi.

Wabah tersebut, tambah Hizam, hanya dapat berhenti jika perang berhenti, blokade dicabut dan masyarakat internasional mendukung sistem kesehatan di Yaman.

Pada November 2017, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melaporkan lebih dari 925.000 kasus dugaan kolera dengan lebih dari 2.200 kematian yang berkaitan dengan kolera di Yaman sejab wabah tersebut mulai menyebar pada April tahun yang sama. Angka penularan sejak itu telah turun, sebanyak 0,2 sampai 0,3 persen, demikian laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

PBB menyatakan lebih dari 80 persen kasus kolera terjadi di daerah yang paling dekat dengan Pelabuhan Saleef dan Hodeidah di tepi Laut Merah.

Seluruh 25 juta orang Yaman sangat tergantung atas impor makanan, bahan bakar dan obat, terutama melalui pelabuhan dan lebih 17 juta warga Yaman, atau lebih dari dua-pertiga penduduk negeri tersebut, menghadapi kondisi rawan pangan.

Negara Arab yang dicabik pertempuran itu juga telah menderita akibat wabah difteria, yang telah menyerang lebih dari 1.300 orang dan menewaskan 70 orang, kebanyakan anak kecil, sejak wabah tersebut pertama kali dilaporkan pada Oktober 2017.

Yaman telah dirongrong perang saudara sejak tiga tahun lalu, setelah gerilyawan Syiah Al-Houthi, yang didukung Iran, menguasai sebagian besar negeri tersebut secara militer dan merebut semua provinsi Yaman Utara termasuk Ibu Kota Yaman, Sana`a, pada penghujung 2014.

Arab Saudi telah memelopori campur tangan koalisi militer Arab di Yaman sejak Maret 2015, untuk mendukung Pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, setelah gerilyawan Al-Houthi memaksa dia hidup di pengasingan.

PBB telah memasukkan Yaman ke dalam daftar negara dengan krisis kemanusiaan paling buruk di dunia, tempat tujuh juta warga Yaman berada di ambang kemiskinan, dan kolera telah mengakibatkan lebih dari 2.000 kematian.