Nairobi (ANTARA News) - Partai Jubilee, yang berkuasa di Kenya, pada Selasa mengatakan membayar SCL, afiliasi jasa konsultasi Cambridge Analytica, yang menjadi pusat skandal manipulasi pemilihan umum, yang melibatkan Facebook, untuk "pemerekan" dalam pemilihan presiden 2017.

Konsultan berpusat di London tersebut terkenal karena membantu Donald Trump pada pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016 dan menjalankan kampanye Presiden Kenya Uhuru Kenyatta dalam pemilihan umum pada 2013 dan 2017, kata video rekaman diam-diam dan disiarkan Channel 4 News Inggris pada Senin.

Saat menanggapi peran SCL dalam pemilihan umum Kenya pada tahun lalu sebagai peristiwa memecah-belah suku, dengan sekitar 100 orang terbunuh, wakil ketua Jubilee David Murathe mengatakan, "Semua pada dasarnya adalah pemerekan, tapi tidak secara langsung."

Itu tanggapan umum pertama oleh pejabat tinggi partai berkuasa Kenya mengenai keterlibatan SCL dalam pemilihan umum tersebut.

Murathe tidak merinci sifat yang tepat dari pekerjaan yang dilakukan oleh SCL atau Cambridge Analytica di Kenya.

Kenyatta mulai berkuasa pada 2013 dan memenangkan masa jabatan kedua dan terakhir Agustus lalu, mengalahkan pemimpin oposisi Raila Odinga dengan 1,4 juta suara. Mahkamah Agung membatalkan pemilihan yang menyebutkan penyimpangan prosedural dan memerintahkan pemilihan kedua yang juga dimenangkan Kenyatta.

Dalam "operasi diam-diam" Channel 4 News, Mark Turnbull, seorang direktur pelaksana untuk Cambridge Analytica dan SCL Elections, menyombongkan tentang sejauh mana pengaruh perusahaannya dalam pemilu Kenya pada 2013 dan 2017.

Cambridge Analytica membantah semua tuduhan yang dibuat oleh Channel 4 News, mengatakan bahwa pihaknya melontarkan candaan kepada para wartawan yang menyamar dan mencoba untuk mengukur motif mereka dengan secara aktif mendorong mereka "untuk menggoda niat tidak etis atau ilegal".

Saat ini, jasa konsultasi tersebut sedang menghadapi pencarian kantor London dan pertanyaan dari otoritas negara bagian Amerika Serikat, setelah seorang pengungkap fakta mengungkapkan bahwa perusahaan jasa tersebut telah memanen informasi pribadi jutaan orang untuk mendukung upaya presiden Trump.

Oposisi Kenya marah terhadap laporan keterlibatan Cambridge Analytica dalam pemilu Kenya.

"Propaganda yang sama yang mereka gunakan dalam pemilihan Trump adalah apa yang telah digunakan di Kenya. Cambridge Analytica sekarang menjadi seorang propagandis internasional," kata Junet Mohamed, anggota parlemen untuk partai ODM Odinga dan direktur pemilihan umum.

Namun, senator Jubilee Kipchumba Murkomen membantah adanya pengaruh pada pemilihan tersebut, dengan mengatakan bahwa media sosial hanya memiliki pengaruh marjinal di Kenya, disamping reputasinya sebagai salah satu negara paling berteknologi tinggi di Afrika.

"Hal itu tidak mempengaruhi pemilihan umum di Kenya," katanya, "Kenya bukan Amerika Serikat. Di Kenya, stasiun radio vernakular lebih berpengaruh daripada semua itu." Demikian laporan Reuters.

(Uu.KR-DVI.B002)