Inggris turut selidiki manipulasi data Facebook
20 Maret 2018 16:54 WIB
Amerika Serikat dan Inggris geger oleh skandal media sosial yang pertama kali disiarkan oleh The Telegraph dan New York Times mengenai dugaan pemanfaatan profil puluhan juta pengguna Facebook oleh sebuah perusahaan yang disewa oleh tim kampanye Donald Trump sewaktu Pemilihan Presiden 2016. Nama perusahaan itu adalah Cambridge Analytica. (Reuters)
London (ANTARA News) - Otoritas proteksi data Inggris Raya turut memantau apakah Facebook menanggapi laporan yang menyatakan konsultan politik Cambridge Analytica secara ilegal mendapatkan data 50 juta pengguna platform media sosial tersebut.
Komisioner Informasi, Elizabeth Denham mencari surat perintah untuk mencari perusahaan yang berbasis di London, untuk mendapatkan data yang lebih luas mengenai kasus tersebut, seperti diberitakan laman Reuters.
“Kami ingi mengetahui apakah Facebook mengamankan dan melindungi informasi di platform tersebut, apakah ketika mereka mengetahui kebocoran ini mereka menangani dengan baik, apakah orang-orang diberi tahu,” kata DUnham kepada BBC Radio.
Sebelumnya, laporan investigasi dari The New York Times dari Amerika Serikat dan The Observer di Inggris Raya menunjukkan terdapat 50 juta data pengguna platform media sosial tersebut diberikan ke perusahaan analisis dari AS, Cambridge Analytica.
Perusahaan analisis data Amerika yang tidak ada kaitannya dengan universitas terkenal di Inggris yang bernama Universitas Cambridge itu dikenal berperan dalam tim kampanye Donald Trump karena menyediakan data kompleks mengenai pandangan para pemilih Amerika.
Facebook menggunakan jasa dari firma forensik digital untuk menyelidiki kasus ini.
Baca juga: Sepak terjang Cambridge Analytica, dari Presiden Kenya sampai Srilanka
Baca juga: Facebook audit data yang dibocorkan ke konsultan Trump
Baca juga: Mengenal Cambridge Analytica yang katanya beroperasi juga di Indonesia
Baca juga: Facebook ditekan gara-gara Cambridge Analytica manipulasi data pengguna
Komisioner Informasi, Elizabeth Denham mencari surat perintah untuk mencari perusahaan yang berbasis di London, untuk mendapatkan data yang lebih luas mengenai kasus tersebut, seperti diberitakan laman Reuters.
“Kami ingi mengetahui apakah Facebook mengamankan dan melindungi informasi di platform tersebut, apakah ketika mereka mengetahui kebocoran ini mereka menangani dengan baik, apakah orang-orang diberi tahu,” kata DUnham kepada BBC Radio.
Sebelumnya, laporan investigasi dari The New York Times dari Amerika Serikat dan The Observer di Inggris Raya menunjukkan terdapat 50 juta data pengguna platform media sosial tersebut diberikan ke perusahaan analisis dari AS, Cambridge Analytica.
Perusahaan analisis data Amerika yang tidak ada kaitannya dengan universitas terkenal di Inggris yang bernama Universitas Cambridge itu dikenal berperan dalam tim kampanye Donald Trump karena menyediakan data kompleks mengenai pandangan para pemilih Amerika.
Facebook menggunakan jasa dari firma forensik digital untuk menyelidiki kasus ini.
Baca juga: Sepak terjang Cambridge Analytica, dari Presiden Kenya sampai Srilanka
Baca juga: Facebook audit data yang dibocorkan ke konsultan Trump
Baca juga: Mengenal Cambridge Analytica yang katanya beroperasi juga di Indonesia
Baca juga: Facebook ditekan gara-gara Cambridge Analytica manipulasi data pengguna
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018
Tags: