Johor, Malaysia (ANTARA News) - Perusahaan migas Petroliam Nasional Bhd (Petronas) memastikan pengoperasian megaproyek kilang minyak terbesar di Malaysia, Pengerang Integrated Complex (PIC), sesuai target pada Kuartal I 2019.

"Saat ini progres pembangunannya sudah mencapai 86 persen. Pada kuartal pertama tahun depan sudah mulai produksi dan stabilisasi enam bulan berikutnya," kata Kepala Komunikasi, Stakeholder dan Manajemen Risiko Petronas Refinery and Petrochemical Corporation (PRPC), Anita Azrina Abdul Aziz kepada jurnalis Indonesia yang berkunjung ke proyek PIC di Johor, Malaysia, Selasa.

Ia mengatakan megaproyek kilang Pengerang dibangun di lahan seluas 2.526 hektare atau 3.500 kali luas lapangan sepak bola. Untuk membangun fasilitas industri hilir migas tersebut, Petronas bersama pemerintah provinsi Johor merealokasi lebih dari 1.000 keluarga dan membangun permukiman baru bagi mereka.

Selain untuk kompleks kilang minyak dan petrokimia, di areal tersebut dibangun sejumlah fasilitas lainnya yaitu pembangkit listrik berkapasitas 1.729 MW, terminal regasifikasi LNG, pipanisasi gas terpadu, deepwater terminal dan fasilitas air bersih.

"Pada tahap konstruksi saat ini ada sekitar 63.000 tenaga kerja dari berbagai negara termasuk Indonesia yang terlibat dalam pembangunan kompleks kilang tersebut," kata Anita yang didampingi Kepala Strategi Komunikasi PRPC Izzuddin Abdul Gani.

Pembangunan proyek PIC yang dimulai pada April 2014, juga melibatkan 40 kontraktor multinasional, 13 licensors, dan lebih dari 200 pemasok dan subkontraktor.

Anita mengatakan kilang minyak Pengerang mempunyai kapasitas 300.000 barel minyak mentah per hari (bpd), yang menghasilkan produk BBM setara 220.000 bpd termasuk gasoline dan diesel. Produk bahan bakar minyak tersebut memenuhi standar emisi Euro 5.

Produk bahan bakar minyak tersebut diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan jika memungkinkan baru diekspor. "Diharapkan setelah kilang Pengerang berproduksi seluruh kebutuhan BBM di Malaysia dapat dipenuhi dari kilang domestik," katanya.

Selain memproduksi BBM, PIC juga memiliki kompleks kilang petrokimia berkapasitas 3,6 juta ton per tahun. Produk-produk petrokimia yang dihasilkan seperti ethylene & propylene, butadiene, benzene, polymer dan glycols.

Izzuddin menambahkan bahwa total investasi untuk membangun megaproyek kilang Pengerang mencapai 27 miliar dolar AS atau sekitar Rp365 triliun. Sebagian besar kebutuhan dananya diambil dari anggaran belanja modal (Capex) Petronas.

Petronas membuka opsi kerja sama pendanaan dengan pihak lain termasuk dengan Saudi Aramco yang disebut-sebut berminat ikut mendanai proyek tersebut. "Rencana kerja sama (Saudi Aramco) itu masih berjalan tetapi belum final," katanya.

Namun ia memastikan bahwa Saudi ikut memasok kebutuhan minyak mentah bagi kilang Pengerang. "Untuk pasokan crude kilang Pengerang, selain domestik juga diimpor dari sejumlah negara termasuk Saudi Arabia," katanya.

Keberadaan kilang Pengerang diprediksi bakal membuat Johor yang berbatasan dengan Singapura, sebagai pusat kilang minyak dan petrokimia di Asia Tenggara. Apalagi di kawasan selatan Johor, Petronas juga berencana mengembangkan megaproyek lainnya bernama Pengerang Integrated Petroleum Complex (PIPC).


Baca juga: Tommy Hilfiger gandeng Juara Dunia Formula One Mercedes-AMG Petronas Motorsport