Persediaan beras di Lebak melimpah
20 Maret 2018 09:29 WIB
Stok Kebutuhan Pokok Sejumlah pekerja menata gula hasil penyerapan di Gudang Bulog Divre Jatim, Burudan, Sidoarjo, Jawa Timur (20/4/2017). Persediaan bahan pokok terutama beras dan gula di Jawa Timur selama beberapa bulan mendatang tercatat dalam kondisi aman, yaitu terdiri atas stok beras sebesar 530 ribu ton dan stok gula sebanyak 150 ribu ton. (ANTARA /Umarul Faruq)
Lebak (ANTARA News) - Persediaan beras di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten melimpah, menyusul panen padi pada sejumlah daerah sehingga masyarakat tidak mengalami ancaman kerawanan pangan.
"Kami hampir setiap malam bergiliran memasak beras untuk dimakan secara bersamaan dengan warga di sini," kata Jumroni (45), warga Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Selasa.
Selama ini, persediaan beras melimpah dan mencukupi kebutuhan konsumsi keluarga selama setahun ke depan.
Produksi beras juga dijual ke luar daerah untuk meningkatkan pendapatan ekonomi petani.
Panen padi awal tahun 2018 relatif bagus, sehingga menghasilkan produksi cukup besar dibandingkan panen tahun 2017 lalu.
Tanaman padi pada musim panen Januari-Maret 2018 tanpa serangan hama maupun penyakit tanaman yang bisa menyebabkan petani gagal panen.
Bahkan, produksi gabah kering panen (GKP) mencapai tujuh sampai sembilan ton per hektare.
Sedangkan, panen tahun 2017 lalu di antaranya sebagian besar petani gagal panen akibat serangan hama wereng batang cokelat (WBC) yang menimbulkan tanaman padi mati.
"Kami merasa bersyukur panen padi itu cukup bagus, sehingga ketersediaan beras melimpah," katanya menjelaskan.
Menurut dia, masyarakat di sini hanya mengandalkan ekonomi dari usaha pertanian pangan karena terdapat ratusan hektare persawahan.
Para petani menggarap tanaman padi dilakukan setiap tahun dua kali musim tanam akibat tidak adanya irigasi.
Kebanyakan petani menanam padi jika musim hujan saja, dan jika musim kemarau ditanami sayur-sayuran yang tidak membutuhkan pasokan air banyak.
Saat ini, produksi beras hasil panen padi, selain untuk memenuhi konsumsi keluarga juga dijual ke sejumlah daerah di Provinsi Banten hingga DKI Jakarta.
"Kami panen tahun ini bisa menghasilkan pendapatan dari menjual beras mencapai Rp22 juta per hektare," katanya lagi.
Begitu juga Ahmad (50), warga Kalanganyar, Kabupaten Lebak mengatakan panen padi tahun ini cukup berhasil sehingga produksi beras melimpah.
Persediaan beras mencukupi kebutuhan konsumsi anggota keluarga, bahkan warga setiap hari memasak nasi liwet yang dimakan secara bersamaan.
"Kami tidak membeli beras lagi karena hasil panen padi melimpah," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengaku saat ini petani yang memanen padi sejak Januari-Februari 2018 seluas 16.200 hektare, sehingga persedian pangan warga mencukupi untuk konsumsi anggota keluarga.
Petani menjemur gabah di tepi jalan, halaman rumah maupun tanah lapang.
Kebiasaan menjemur di lokasi itu sudah berlangsung lama karena tidak memiliki lahan pengeringan khusus.
"Kebanyakan petani yang memasuki musim panen itu dari angka tanam November-Desember 2017," katanya lagi.
Pada sejumlah perkampungan di Kabupaten Lebak terlihat petani mengeringkan gabah di tepi jalan antarkecamatan maupun antardesa dan juga di tanah lapang.
Penjemuran gabah di lokasi tersebut, karena petani tidak memiliki tempat khusus untuk pengeringannya.
Mereka mengeringkan gabah di tempat itu supaya cepat dapat digiling menjadi beras.
"Kami membutuhkan waktu selama tiga hari untuk mengeringkan gabah itu," kata Sakri (50), petani di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
Baca juga: Stok beras nasional cukup untuk beberapa bulan kedepan
"Kami hampir setiap malam bergiliran memasak beras untuk dimakan secara bersamaan dengan warga di sini," kata Jumroni (45), warga Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Selasa.
Selama ini, persediaan beras melimpah dan mencukupi kebutuhan konsumsi keluarga selama setahun ke depan.
Produksi beras juga dijual ke luar daerah untuk meningkatkan pendapatan ekonomi petani.
Panen padi awal tahun 2018 relatif bagus, sehingga menghasilkan produksi cukup besar dibandingkan panen tahun 2017 lalu.
Tanaman padi pada musim panen Januari-Maret 2018 tanpa serangan hama maupun penyakit tanaman yang bisa menyebabkan petani gagal panen.
Bahkan, produksi gabah kering panen (GKP) mencapai tujuh sampai sembilan ton per hektare.
Sedangkan, panen tahun 2017 lalu di antaranya sebagian besar petani gagal panen akibat serangan hama wereng batang cokelat (WBC) yang menimbulkan tanaman padi mati.
"Kami merasa bersyukur panen padi itu cukup bagus, sehingga ketersediaan beras melimpah," katanya menjelaskan.
Menurut dia, masyarakat di sini hanya mengandalkan ekonomi dari usaha pertanian pangan karena terdapat ratusan hektare persawahan.
Para petani menggarap tanaman padi dilakukan setiap tahun dua kali musim tanam akibat tidak adanya irigasi.
Kebanyakan petani menanam padi jika musim hujan saja, dan jika musim kemarau ditanami sayur-sayuran yang tidak membutuhkan pasokan air banyak.
Saat ini, produksi beras hasil panen padi, selain untuk memenuhi konsumsi keluarga juga dijual ke sejumlah daerah di Provinsi Banten hingga DKI Jakarta.
"Kami panen tahun ini bisa menghasilkan pendapatan dari menjual beras mencapai Rp22 juta per hektare," katanya lagi.
Begitu juga Ahmad (50), warga Kalanganyar, Kabupaten Lebak mengatakan panen padi tahun ini cukup berhasil sehingga produksi beras melimpah.
Persediaan beras mencukupi kebutuhan konsumsi anggota keluarga, bahkan warga setiap hari memasak nasi liwet yang dimakan secara bersamaan.
"Kami tidak membeli beras lagi karena hasil panen padi melimpah," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengaku saat ini petani yang memanen padi sejak Januari-Februari 2018 seluas 16.200 hektare, sehingga persedian pangan warga mencukupi untuk konsumsi anggota keluarga.
Petani menjemur gabah di tepi jalan, halaman rumah maupun tanah lapang.
Kebiasaan menjemur di lokasi itu sudah berlangsung lama karena tidak memiliki lahan pengeringan khusus.
"Kebanyakan petani yang memasuki musim panen itu dari angka tanam November-Desember 2017," katanya lagi.
Pada sejumlah perkampungan di Kabupaten Lebak terlihat petani mengeringkan gabah di tepi jalan antarkecamatan maupun antardesa dan juga di tanah lapang.
Penjemuran gabah di lokasi tersebut, karena petani tidak memiliki tempat khusus untuk pengeringannya.
Mereka mengeringkan gabah di tempat itu supaya cepat dapat digiling menjadi beras.
"Kami membutuhkan waktu selama tiga hari untuk mengeringkan gabah itu," kata Sakri (50), petani di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.
Baca juga: Stok beras nasional cukup untuk beberapa bulan kedepan
Pewarta: Mansyur
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: