Sampaikan pemahaman reproduksi pada anak sejak dini
19 Maret 2018 09:22 WIB
Ilustrasi - Seorang petugas Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) menunjukkan peraga alat reproduksi perempuan kepada sejumlah pelajar, di sela-sela Temu Remaja BKKBN 2009 di Surabaya, Kamis (30/7). (ANTARA/ERIC IRENG)
Jakarta (ANTARA News) - Menyampaikan pemahaman tentang reproduksi dan organnya pada anak sejak dini penting untuk memproteksi anak dari ancaman kekerasan seksual, kata praktisi pendidikan usia dini.
Praktisi pendidikan anak usia dini yang juga pendiri Montessori Haus Asia Rosalynn Tamara mengatakan di Jakarta, Senin, anak di bawah tiga tahun perlu mengenali organ reproduksinya dengan nama sebenarnya.
"Harus disampaikan sejak dini nama organnya, penis dan vagina. Kita merasa agak kurang nyaman karena kita tidak terbiasa. Itu hanya sebuah nama, konotasi hanya paradigma kita," kata Rosalynn.
Dengan dikenali alat reproduksi dengan nama sebenarnya anak tidak akan asing dan merasa aneh dengan sebutan tersebut.
Selanjutnya ketika anak sudah berusia di atas tiga tahun orang tua bisa menceritakan tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan dengan alat reproduksinya.
"Karena apa sih tujuannya mengenal alat reproduksi itu? Pertama agar bisa dia jaga sesuai dengan fungsinya, dan tidak ada satupun yang bisa melewati teritori itu," jelas Rosalynn.
Dia mengakui bahwa saat ini kebanyakan orang tua di Indonesia merasa tabu dalam memberikan pemahaman tentang reproduksi kepada anak. Bahkan beberapa orang tua mengganti nama alat reproduksi dengan sebutan lain yang cenderung bergurau.
Menurut Rosalynn hal tersebut hanya akan membawa perilaku gurauan pada anak tentang organ reproduksinya seiring ia tumbuh besar.
Praktisi pendidikan anak usia dini yang juga pendiri Montessori Haus Asia Rosalynn Tamara mengatakan di Jakarta, Senin, anak di bawah tiga tahun perlu mengenali organ reproduksinya dengan nama sebenarnya.
"Harus disampaikan sejak dini nama organnya, penis dan vagina. Kita merasa agak kurang nyaman karena kita tidak terbiasa. Itu hanya sebuah nama, konotasi hanya paradigma kita," kata Rosalynn.
Dengan dikenali alat reproduksi dengan nama sebenarnya anak tidak akan asing dan merasa aneh dengan sebutan tersebut.
Selanjutnya ketika anak sudah berusia di atas tiga tahun orang tua bisa menceritakan tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan dengan alat reproduksinya.
"Karena apa sih tujuannya mengenal alat reproduksi itu? Pertama agar bisa dia jaga sesuai dengan fungsinya, dan tidak ada satupun yang bisa melewati teritori itu," jelas Rosalynn.
Dia mengakui bahwa saat ini kebanyakan orang tua di Indonesia merasa tabu dalam memberikan pemahaman tentang reproduksi kepada anak. Bahkan beberapa orang tua mengganti nama alat reproduksi dengan sebutan lain yang cenderung bergurau.
Menurut Rosalynn hal tersebut hanya akan membawa perilaku gurauan pada anak tentang organ reproduksinya seiring ia tumbuh besar.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: